Thursday, December 21, 2006

Novelet: Mystery of Love (7)

"Mystery of Love"
Oleh TIA



MAU dinner di mana sih ?

Message sent.

Tak lama, Hpku memekik pelan.

Dragon Boat Restaurant… aku dah di depan kamarmu nih.

Aku mematut diriku lagi…ah lumayan deh, senyum sekali lagi, muter-muter sekali lagi. Tiba-tiba Hpku memekik lagi.

Cantik..cantik Hun…kalau pun kamu keluar dalam bentuk nenek-nenek aku tetap cinta kamu.

Aku pun menyeringai malu dan berjalan ke arah pintu. Dan membukanya. Kulihat kamu nyengir di depanku,” Bener kan? Tadi itu kamu lagi ngaca.”


Aku hanya menanggapimu dengan senyuman. Kamu memberikan pelukan erat kepadaku, mencium keningku dengan penuh rasa sayang dan mencium bibirku sekilas.

“Hei, lipstikku menempel tuh di bibir kamu.” Ujarku sambil membersihkan bibirmu dengan jari telunjukku. Kamu pun cuma tersenyum, aku tau kamu menikmati sentuhan jariku.

Dragon Boat Restaurant adalah restoran yang terkenal di Hongkong, tidak hanya di Asia, tapi juga seluruh dunia. Banyak turis yang bilang, kalau belum makan di Dragon Boat Restaurant, belum ke Hongkong namanya.

“Aku memesan tempat di sudut ruangan yang agak privasi, malas saja kalau nanti aku bertemu dengan klien di sana, klienku yang dari Hongkong terkenal dengan keramahan dan rasa persaudaraannya Hun, jangan-jangan nanti kita disuruh gabung makan sama mereka barengan, padahal kita kan mau melepas rindu berdua saja, hehehe.”

Kamu menarik bangku tempatku akan duduk dan mempersilahkan aku duduk. Kemudian, kamu pun duduk di depanku. Setelah memesan makanan, kita pun menunggu dalam diam, hanya mata yang saling berpandangan.

“Mata berbicara banyak yah.” kataku, merasa jengah dengan pandanganmu yang seakan menusukku.

Kamu tersenyum kepadaku,”Di dalam mata, kamu akan melihat suatu kejujuran Hun,…”

Aku teringat akan sesuatu, aku ambil bungkusan yang sudah kubungkus rapi dengan plastik hias transparan dan berpita, ”Ini untukmu Cinta, gajah-gajah dari Thailand.”

Kamu tersenyum, meraih bungkusan tersebut, membukanya dan berkata,” So nice hunI love it, thanks a lot.”

Kamu memberiku kode untuk melihat ke pemandangan malam kota Hongkong dari arah restoran, aku pun mengikuti kodemu dan melihat,” Banyak permata-permata di sana Hun, jamrud…giok…safir…mirah…berlian, tapi kamu permata yang paling bercahaya di sini.”

Aku melihat ke arah lampu-lampu kota Hongkong yang berwarna-warni.

Sekilas aku bayangkan lampu-lampu tersebut laksana batu-batuan permata seperti yang kamu sebutkan. Aku pun kembali mengalihkan pandanganku ke arahmu, sekilas aku melihat kamu mengambil sesuatu dari saku kemejamu. Saat itu juga lagu Moon River dari Andy Williams mengudara di ruangan tempat aku dan kamu duduk. Suasana yang semula hiruk pikuk menjadi syahdu. Bergantian aku menatapmu dan kotak kecil yang berada di genggamanmu.

“Ada apa ini Cinta?” aku menatapmu tak mengerti.
“Hun...” sebelum kamu melanjutkan kata-katanya, aku langsung menukas, ”Aku tak bisa Cinta, kamu masih punya istri.”
“Minimal kita tunangan, dan cincin ini sebagai tanda pengikat dariku.” Matamu menatapku. Dan dia lanjutkan lagi kata-katamu. “Aku akan berbicara kepada istriku Hun, aku akan berterus terang kalau aku jatuh cinta kepada dirimu, dan akan menikahimu.” Kamu berkata mantap.
“Kamu sudah gila apa? Kamu akan menyakiti perasaannya sekaligus anak-anak kamu.” Cetusku pelan, aku memberanikan diri menatap matamu, mata yang indah, yang selalu mejadi impianku untuk selalu dipandangmu, agh…
“Aku juga tak bisa kehilanganmu Hun… apalagi melepasmu, aku tak bisa…kamu bagai pemuas dahagaku di kala kehausan, kamu melengkapi hidupku Hun, memberikan warna cinta dalam hidupku yang kosong.”


Ada getar dalam nada suaramu.

“Kamu bisa mendapatkan makna cinta yang sesungguhnya dari anak-anakmu, dan cintailah istrimu lagi, berilah kesempatan bagi dia untuk mencintaimu lagi, maaf, aku harus pergi Cin…maaf aku tak bisa menerima semuanya ini.”

Aku berdiri dan kemudian berlari keluar restoran, oh..kutahan air mataku yang hendak tumpah, aku menolak kesungguhan dan keseriusan dari Mas Nata, laki-laki yang sangat kucintai dan kusayangi, semua ucapanku tadi sangat bertolak belakang dengan apa yang aku inginkan.

Hanya satu saja yang bisa membuatku berkata seperti itu…Nisa dan Lia, anak-anak Mas Nata. Mereka sangat mencintai papanya, dan aku tidak ingin mereka bisa berubah membenci papanya kalau Mas Nata menikah lagi denganku. Memikirkan hal itu saja aku sudah tidak sanggup.

Semalaman aku tidak menerima e mail dari kamu…agh…mungkin kamu sudah membenciku. Hancurnya hatiku , aku menangis pilu meratapi semuanya, bercampurnya rasa penyesalan, aku sendiri yang sering bilang kepadamu untuk mengikuti kata hatimu, tapi aku sendiri pula yang mematahkan keinginanmu untuk mengikuti kata hatimu dengan ingin bertunangan denganku.

Malam itu kuhabiskan dengan membiarkan hatiku merintih sendu…
(Bersambung)

No comments: