Friday, December 22, 2006

Milis Populis: Hari Ibu (1)


Rubrik Baru

Tercetus gagasan untuk mempostingkan setiap mailing list atau biasa disingkat milis yang masuk ke alamat e-mail (imel) saya. Selama mengenal dunia internet, telah sajak lama saya menjadi anggota sejumlah milis. Tentu saja yang akan ditampilkan di Beranda T4 Berbagi ini adalah milis yang bermanfaat, tidak mengandung unsur SARA, dan yang penting masih ada kaitannya dengan belajar menulis.

Subyeknya bisa bermacam-macam, mulai artikel serius mengenai kebahasaan sebagaimana tulisan budayawan kontemporer Seno Gumira Ajidarma mengenai kebahasaan yang kelak akan saya tampilkan, artikel ringan, esai, anekdot, pengalaman sehari-hari, dan bahkan puisi. Saya memberi nama rubrik baru ini "Milis Populis". Artinya, materi tulisan yang di posting di sini mungkin sudah menjadi "populer" karena juga ada di blog lainnya, tersampaikan secara berantai dari milis ke milis, kait-mengait di dunia maya yang tanpa batas ini.

Sebagai materi pertama rubrik "Milis Populis" ini, saya tampilkan sebuah puisi berjudul "Kasih Ibu" bertepatan dengan Hari Ibu yang jatuh pada hari Jumat, 22 Desember ini. Puisi ini hadir dan tersebar di internet tanpa diketahui penggubahnya. Selamat menikmati....

"KASIH IBU"

Ketika usiamu 1 tahun, Ibu dengan penuh kesabaran memandikan dan memberimu makan
Kamu berterima kasih dengan menangis sepanjang hari...

Ketika usiamu 2 tahun, Ibu dengan cinta membimbingmu berjalan
Kamu berterima kasih dengan menjauh ketika ia memanggilmu...

Ketika usiamu 3 tahun, Ibu dengan penuh kasihmembuatkan makanan paling enak untukmu
Kamu berterima kasih dengan mengempaskan piring itu ke lantai...

Ketika usiamu 4 tahun, Ibu memberimu crayon tuk menggambar
Kamu berterima kasih dengan mencoret-coret dinding rumah...

Ketika usiamu 6 tahun, Ibu dengan rajin mengantarmu sekolah
Kamu berterima kasih dengan berteriak, "Aku ngga mau sekolah!"

Ketika usiamu 9 tahun, Ibu membayar uang les pianomu
Kamu berterima kasih dengan malas berlatih...

Ketika usiamu 11 tahun, Ibu mengajakmu dan teman-teman nonton bioskop
Kamu berterima kasih dengan minta duduk di baris terpisah...

Ketika usiamu 12 tahun, Ibu melarangmu menonton acara tertentu di televisi
Kamu berterima kasih dengan berharap ia cepat-cepat pergi...

Ketika usiamu 13 tahun, Ibu menyarankan model rambut yang cocok
Kamu berterima kasih dengan mengatakan seleranya jelek...

Ketika usiamu 15 tahun, Ibu berharap pelukan sepulang bekerja
Kamu berterima kasih dengan mengunci kamar tidurmu...

Ketika usiamu 18 tahun, Ibu menangis terharu pada wisuda SMA-mu
Kamu berterima kasih dengan berpesta hingga subuh...

Ketika usiamu 19 tahun, Ibu membayar uang kuliah, mengantar dan membawakan barang bawaanmu ke asrama kampusmu
Kamu berterima kasih dengan mengucapkan selamat tinggal di luar agar jangan sampai teman-temanmu melihatnya...

Ketika usiamu 20 tahun, Ibu bertanya apakah kamu sudah punya pacar
Kamu berterima kasih dengan menjawab ketus itu bukan urusannya...

Ketika usiamu 21 tahun, Ibu mengusulkan karir yang cocok untukmu
Kamu berterima kasih dengan mengatakan bahwa kamu tak ingin seperti dirinya...

Ketika usiamu 22 tahun, Ibu memelukmu bangga di hari wisudamu
Kamu berterima kasih dengan meminta biaya perjalanan keliling Eropa...

Ketika usiamu 24 tahun, Ibu bertanya apakah engkau dan tunanganmu sudah memiliki rencana masa depan
Kamu berterima kasih dengan menggerutu, "Aduh Ibu, tak usah tanya-tanya itu deh!"

Ketika usiamu 27 tahun, Ibu membiayai pesta pernikahanmu
Kamu berterima kasih dengan memulai hidup baru, di tempat yang jauh dan tak pernah peduli lagi dengan kabar ibumu...

Ketika usiamu 30 tahun, Ibu berbagi pengalaman mengurus bayi
Kamu berterima kasih dengan mengatakan cara itu sudah kuno...

Ketika usiamu 40 tahun, Ibu mengingatkan ulang tahun kerabat
Kamu berterima kasih dengan mengatakan dirimu sibuk tak ada waktu...

Ketika usiamu 50 tahun, Ibu mulai sakit-sakitan dan berharap agar kamu dapat mengurusnya dengan baik
Kamu berterima kasih dengan mengeluh panjang lebar bahwa dirimu sibuk dengan suami, anak, dan pekerjaanmu...

Dan suatu hari, tanpa kausadari, Ibu telah meninggal dunia
Tinggallah dirimu menyesali segala hal yang tak pernah kaulakukan untuknya...

Jika ibumu masih ada, jangan pernah lupa untuk mencintainya
Jika ia telah tiada, ingatlah kasih sayangnya yang tanpa syarat
Ingatlah selalu untuk mencintai ibumu, karena kamu hanya memiliki satu ibu seumur hidupmu.

Puisi yang sangat indah dan menyentuh, setidak-tidaknya saat mengakhiri postingan ini teringatlah saya pada almarhumah ibu, dan tanpa sadar batin berucap lirih... "Maafkan aku, Ibu!"


Pepih Nugraha
Jakarta, 22 Desember 2006

1 comment:

Anonymous said...

mengingatkanku akan kasih sayang ibuku yang begitu luas... tanpa batas...