Monday, August 04, 2008

Berbagi Pengalaman Menulis (70)

Pesan Mas Ton (2)


SATU hal yang saya ingat baik-baik pesan Mas Tony Widiastono, editor desk opini harian Kompas, adalah penegasannya: "Tidak ada belas kasihan dalam meloloskan satu artikel agar bisa dimuat di Halaman 6 Kompas. Profesional sajalah, yang penting bisa lolos seleksi karena artikelnya memang layak muat!"


Saya bertanya, "Apa maksud 'tidak ada belas kasihan dalam meloloskan satu artikel' itu?" Mas Ton, demikian kami biasa memanggil, mengungkapkan bahwa ada seorang penulis yang mengirimkan lebih dari 200 artikelnya dan... tidak ada satupun yang layak muat alias tidak bisa dimuat!



"Menulis lebih dari jumlah itupun (maksudnya lebih dari 200 artikel), tetap tidak ada bisa dimuat kalau memang tidak layak muat. Dikira kalau menulis sebanyak itu kami para editor akan menjadi kasihan dan meloloskan satu dari ratusan tulisan itu. Tidak!" tegas MasTon.



Saya terus bertanya, "Apa yang sesungguhnya membuat lebih dari 200 artikel dari seorang penulis itu tak satupun bisa dimuat?" Mas Ton langsung menjawab, "Kredibilitas dan kepakarannya! Bagaimana mungkin seorang lulusan ilmu keperawatan, misalnya, menulis apa saja yang sekiranya bisa dia tulis; politiklah, ekonomilah, budayalah... jadi gado-gado. Padahal kalau dia menulis sesuai bidang atau kepakarannya, pasti kita pertimbangkan!"



"Sesederhana itukah, Mas Ton?" tanya saya.



"Ya, itu saja dulu!" jawabnya. Ia melanjutkan, "Dalam setiap kesempatan saya selalu menekankan mengenai perlunya aktualitas sebuah artikel. Masalah aktualitas ini kadang sering dibikin bingung para penulis, sebab pemahaman akan makna 'aktual' itu sendiri kurang begitu dipahami."



Oke deh, saya tulis lain waktu saja ya pesan-pesan dari Mas Ton ini... (Selesai)

No comments: