Bunda Inong di Kompas
Menulis perlu cantelan. Menulis apapun, baik menulis catatan harian ataupun catatan resmi, apalagi menulis berita. Menulis tentang sejarah suatu benda pasti membosankan kalau tidak ada cantelan. Cobalah menulis tentang lumpur, misalnya, kalau tidak ada cantelan dengan peristiwa semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, pasti akan garing. Atau sebaliknya menulis tentang Sidoarjo kalau tidak ada cantelan peristiwa semburan lumpur, juga tidak akan menarik.
Semua berita dan tulisan di koran pasti ada cantelannya, ada kaitannya, dengan peristiwa lainnya. Kalau kita tiba-tiba menulis tentang sosok PM Thailand Thaksin Sinawatra yang kini menjadi gelandangan politik di luar negeri, misalnya, pasti tidak akan menarik kalau tidak ada peristiwa cantelan, yakni kudeta tentara pimpinan Jenderal Sonthi Boonyaratkalin. Menulis sosok Dan Brown pasti membuat orang bertanya "siapakah orang ini?" kalau bukunya "Da Vinci Code" tidak meledak. Buku yang ia tulis adalah cantelan, pintu masuk ke tulisan sosok Dan Brown. Banyak lagi contoh lainnya, yang tidak bisa dipaparkan satu persatu. Silakan sahabat gali sendiri…
Demikian juga saat saya menulis tentang blog atau weblog. Apa menariknya menulis tentang blog? Jelas akan garing, sebab kalau itu dipaksakan apa yang kita tulis tidak lebih dari tulisan ensiklopedis semata. Ibaranya membuka ensiklopedi dan menelusur entri “blog”, maka di sana tertulis A to Z atau ABC-nya blog. Ingin saya katakan, dalam menulis wartawan harus memiliki kepekaan akan cantelan ini, akan keterkaitan dengan peristiwa lainnya.
Saya menulis tentang blog dengan cantelan kepergian Bunda Inong. Sahabat blogger pasti tahu siapa Bunda Inong. Dia seorang ibu muda yang meninggal di Singapura karena asma akut, meninggalkan suami dan dua putera-putrinya, juga meninggalkan “rumah duka” berupa tiga blog miliknya. Nah, saya cantelkan peristiwa kepergian Bunda Inong, sekalian untuk mengenangnya (obituari), dengan tulisan tentang “sejarah blog”. Pembaca kita giring akan sebuah peristiwa, yang dalam hal ini maaf, peristiwa menyedihkan (dolorosa), untuk kemudian masuk ke dunia blog.
Dengan segala hormat kepada mereka yang ditinggalkan Bunda Inong, saya meminta maaf atas “kelancangan” menulis obituarinya di harian tempat saya bekerja. Semoga yang ditinggalkan diberi ketabahan selalu, dan contoh “keriangan dan keikhlasan” Bunda Inong seperti yang tercermin dalam ketiga blognya, menjadi inspirasi kita semua.
Untuk lebih menyelami arti tulisan yang menggunakan sebuah cantelan, sahabat bisa mengunjunginya di: http://kompas.com/kompas-cetak/0610/02/ln/2988037.htm edisi Senin 2 Oktober 2006, halaman 44 rubrik Sorotan-Internasional.
Palmerah Selatan, 2 Oktober 2006
Monday, October 02, 2006
Berbagi Pengalaman Menulis (7)
Diposting oleh Pepih Nugraha di 12:33 PM
Label: Berbagi Pengalaman Menulis, Blogger, Inong
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
8 comments:
Kang Pepih, hatur nuhun sudah menulis artikel tentang Blogger yang juga memuat cerita tentang Inong Haris.
Saya yakin Inong sedang seseurian(seperti biasanya, waktu dia masih bersama saya) lalu bilang, "Euleuh, urang asup ka Kompas, euy..!"
I miss her, deeply.
Terima kasih untuk menuliskan sesuatu yang pasti membuatnya tersenyum di sana :)
Hai Mel... sami-sami atuh. Keliatannya berbahasa Sunda juga ya dan tinggal di Batam. Saya sih melihat kepergian Inong di dunia blogger fenomenal saja, karena mungkin baru kali inilah kepergian seorang blogger yang baik hati "ditangisi" banyak orang, tetapi itu terjadi di dunia maya. Moga Inong senang "membacanya".
Ngomentarin tulisannya yg di Kompas aja.. :) Soal apakah media mulai harus waspada dgn blog ;)
Di Newsweek (atau Time ya? Lupa2 inget juga) beberapa bulan lalu sempat ada artikel menarik tentang Cina yang mulai kebat-kebit lantaran kebijakan politiknya mulai "bocor" melalui para blogger Cina. Jadi.. yup! Ada benarnya juga buat media massa untuk mulai hati2.
*dan saya perhatikan, banyak artikel di Kompas yang sekarang kurang tajam, agak subyektif, dalam penulisannya. Beberapa kali saya "cela" di blog.. maaf ya.. hehehe... *
Anyway.. tentang Inong, menurut saya kematian Inong indah sekali. Bahkan sesudah lewat ajalnya, Inong masih membuat orang2 lain bisa menjalin silaturahmi, membuat Mas Pepih bisa menulis tentang dunia blog.. Benar2 amalan yang masih berjalan walaupun ajal sudah menjemput.
"Tidak ada kematian paling ditangisi banyak orang selain dalam dunia blogger"
Kang Pepih ada dimana pas Putri Diana dari Inggris meninggal?
"Sedangkan kami yang sama sekali tidak mengenal Inong menorehkan obituari di www.pepihnugraha.blogspot.com."
Di sebelah mana itu? Saya pengen baca.
PR / Penggemar Rahasia
Jangan cuma ditampilkan saja, tapi dijawab atuh Kang..
PR / Penggemar Rahasia
Hai penggemar rahasia, makasih ya atas kunjungan dan perhatiannya. Waktu Ladi di terbunuh, saya sudah di Jakarta, saya saat itu bertugas sebagai wartawan politik. Terus obituari Inong saya tulis di blog saya dengan judul "Kematian"
Ah Kang Pepih bisa saja.
"Tidak ada kematian paling ditangisi banyak orang selain dalam dunia blogger"
Akang kan bermaksud bilang kematian blogger inilah yg paling ditangisi banyak orang?
Saya menggugat kalimat ini. Akang dimana waktu Lady Diana meninggal, sebab kematian dia jelas lebih banyak ditangisi orang.
"Sedangkan kami yang sama sekali tidak mengenal Inong menorehkan obituari di www.pepihnugraha.blogspot.com."
Kenapa ya mereka menulis di blog Akang, bukannya di tempat lain (atau di blognya Inong saja sekalian)?
Saya cuma pengen denger Akang mengakui kalau dua paragraf itu melebih-lebihkan fakta yang sebenarnya.
Enak juga nih jadi wartawan Kompas, bisa promosi blog sendiri :)
Nuhun ah.
PR / Penggemar Rahasia
Yth. Bung Pepih Nugraha,
Salam sejahtera. Saya terus mengkliping tulisan Anda akhir-akhir ini yang bertopik seputar blog dan jurnalisme warga. Untuk menyebarluaskan pemikiran Anda tersebut, antara lain telah saya tulis di blog saya, Esai Epistoholica (http://esaei.blogspot.com).
Merujuk tulisan Anda berjudul “Kematian Blogger,” tentang meninggalnya Anna Sitti Herdiyanti karena sakit asma akut, saya ingin titip sedikit pesan seputar penyakit asma. Terlebih lagi mendekati masa-masa sibuk libur Lebaran dalam waktu dekat ini. Siapa tahu, Anda bersedia menularkan tips kecil dan sederhana ini ke handai tolan, juga kenalan di dunia maya yang ajaib ini. Terima kasih banyak, Bung Pepih.
Senang sekali saya dapat berkunjung ke blog Anda ini. Banyak sekali inspirasi yang dapat saya peroleh. Salam saya dari Wonogiri.
Bambang Haryanto
============
Asma Mengancam Di Liburan Lebaran
Harian Kompas (2/10/2006 : 44) memuat cerita mengharukan pasca meninggalnya seorang blogger dan ibu muda, Anna Sitti Herdiyanti, di Singapura. Kematiannya yang ditangisi komunitas blogger di Indonesia itu disebut akibat dari sakit asmanya yang akut.
Merujuk peristiwa tersebut dan seiring dengan mendekatnya masa-masa mudik Lebaran, kiranya perlu diingatkan bahwa sakit asma berpotensi menjadi ancaman serius bagi penderitanya di tengah suasana liburan tersebut. American Academy of Allergy, Asthma and Immunology (AAAAI) menjelang liburan Natal/Tahun Baru 2005 yang lalu telah mengingatkan bahwa musim liburan menyimpan ancaman potensial bagi para penderita asma dan alergi lainnya.
Akibat ketatnya skedul dan perjalanan yang terus-menerus sepanjang musim liburan, banyak orang mudah terlupa untuk merawat kesehatannya secara tertib bila menyangkut ancaman alergi dan asma. Oleh karena itu AAAAI menyarankan agar penderita dan keluarganya harus senantiasa mengingat pemakaian obat dan menghindari pemicu potensial sebagai hal penting agar gejala penyakit asma dapat terkendalikan. Terlebih dalam musim liburan juga merupakan masa-masa yang mudah menimbulkan stres sehingga mampu memicu serangan asma.
Bambang Haryanto
Jl. Kajen Timur 72 Wonogiri
Warga Epistoholik Indonesia*
*) Epistoholik Indonesia adalah komunitas pencandu penulisan surat-surat pembaca di media massa. Situs blognya : http://episto.blogspot.com. Blog saya tentang penyakit asma adalah Anez : Asthmatics New Environment Zone (http://song4anez3.blogspot.com).
Post a Comment