Tuesday, September 25, 2007

Berbagi Pengalaman Menulis (36)







Apa Syarat Menulis Opini Kompas? (Bagian 1)





PERTANYAAN di atas sering terlontar dari rekan maupun saat pelatihan. Saya hanya bisa menjawab bahwa artikel harus aktual, artinya sesuai dengan peristiwa terkini. Jawaban ini sesuai pengalaman saat untuk pertama kali artikel saya dimuat di halaman opini Kompas, yang dulu dikenal sebagai “Halaman 4”.



Waktu itu, artikel saya yang berjudul “Berharap dari KPAT Ke-8” bisa lolos seleksi dan dimuat di “halaman bergengsi” itu pada Rabu 20 Juni 1990, karena disesuaikan dengan adanya Kongres Perpustakaan se-Asia Tenggara di Jakarta. Saat artikel itu muncul, Kongres baru saja dimulai. Artinya, antisipasi dan persiapan saya saat menulis artikel itu dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya!



Halaman 4 Kompas yang memuat Tajuk Rencana dan Opini yang sekarang menjadi Halaman 6, sering dianggap sebagai “Universitas”-nya Kompas. Tempat dimana pemikiran paling mutakhir dari para pakar tercurah. Ada tempat pembelajaran lintas ilmu di sini, selain juga bisa mengetahui arah kebijakan Kompas (baca keberpihakan) lewat Tajuk Rencana dalam menyikapi perkembangan zaman. Kecuali Tajuk Rencana, opini merupakan halaman khusus untuk pembaca atau dalam hal ini pakar, tidak boleh wartawan Kompas menulis opini di situ. Selain bergengsi, honor yang diberikan pun di atas rata-rata honor artikel pada media massa lain.



Mengetahui syarat-syarat yang diinginkan Kompas mengenai sebuah artikel, mungkin salah satu strategi dalam menyiasati artikel agar bisa dimuat. Setelah meminta izin dari Fitrisia M (Mbak Poppy) dari Desk Opini, saya memaparkan 17 penyebab sebuah artikel ditolak oleh Desk Opini Kompas.



1. Topik atau tema kurang aktual

2. Argumen dan pandangan bukan hal baru

3. Cara penyajian berkepanjangan

4. Cakupan terlalu mikro atau lokal

5. Pengungkapan dan redaksional kurang mendukung

6. Konteks kurang jelas

7. Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer

8. Uraian Terlalu sumir

9. Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah

10. Sumber kutipan kurang jelas

11. Terlalu banyak kutipan

12. Diskusi kurang berimbang

13. Alur uraian tidak runut

14. Uraian tidak membuka pencerahan baru

15. Uraian ditujukan kepada orang

16. Uraian terlalu datar

17. Alinea pengetikan panjang-panjang.



Sahabat sekalian yang berminat menulis opini tinggal menegasikan saja 17 persyaratan di atas. Poin pertama, misalnya, topik atau tema harus aktual. Poin kedua argumen dan pandangan harus hal baru. Poin tiga, penyajian jangan berkepanjangan alias cukup singkat saja, dan seterusnya. Tentu saja ada "trik" lain agar opini bisa lolos dan dimuat, tetapi itu akan saya paparkan di lain kesempatan.


Syarat lain yang amat penting menurut Kadesk Opini Kompas Tony D. Widiastono, adalah panjangnya artikel yang cukup 5.300 karakter atau 700 kata saja dalam Bahasa Indonesia. Biar lebih cepat sampai,tulisan dikirim lewat imel ke alamat: opini@kompas.co.id. Naskah yang lolos pemeriksaan akan dimuat secepatnya. Jika tidak bisa dimuat, dipastikan dikembalikan paling lama dua minggu dari penerimaan naskah.
Bagaimana, Anda berani mencoba?

1 comment:

Anonymous said...

kayaknya masih kurang dua:

18. "kesulitan tempat untuk memuat artikel Anda" => kupipes dari surat penolakan Redaktur Opini.

19. Nama penulis tidak terkenal :)