Darimana Harus Memulai?
Setiap penulis, bahkan yang paling jago sekalipun, punya kesulitan yang sama: darimana harus memulai menulis? Barangkali hanya segelintir saja penulis mahir yang tidak memiliki kesulitan ini. Mereka memulai menulis seperti musyafir melepas dahaga saat menemukan oase di tengah padang pasir. Meluncur mulus seperti naluri melepas dahaga.
Sejujurnya, sekian tahun saya bergelut dengan dunia menulis, masih saja menemui kesulitan dalam memulai menulis. Keraguan kerap membelenggu, tidak percaya diri kerap menjelma menjadi teman abadi, dan pikiran buntu kerap mendaulat hati. Inginnya memulai sebuah tulisan dengan yang hebat-hebat, dramatis, atau mempesona. Padahal memulai menulis dengan kalimat sederhana jauh lebih genuine, asli.
Sayangnya kita sering terperangkap paradigma: awal tulisan haruslah yang hebat. Konon biar pembaca terperangah, menimbulkan efek "wah". Akibatnya, kita menjadi seorang pebingung yang tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus memulai darimana, sebab apa yang kita akan mulai tulis itu dianggap sebagai "kuno", "klise", atau "kampungan".
Bagaimanapun kesulitan harus segera diatasi. Mengatasi kesulitan dalam memulai menulis memang sulit. Tetapi obat hati yang saya catat sebagai pelipur adalah pepatah: “aller Anfang ist schwer”, setiap permulaan itu sulit! Ada benarnya. Jadi, tidak usah frustasi hanya karena sahabat sulit memulai menulis.
Meski demikian, jangan terlalu terbuai pepatah itu. Jangan juga termakan alasan sulitnya memulai menulis, yang malah menjadikan kita tidak menulis. Celaka dua kali namanya. Kegairahan menulis perlu ditumbuhkan, karena implikasinya bisa kemana-mana. Bayangkan kalau mahasiswa hilang gairah menulis skripsi hanya karena sulit memulai. Dosen lebih memilih “ngobyek” diluar daripada harus memulai menulis buku.
Memulai menulis sederhana saja: ingatlah rumus “5W+1H” dari Rudyard Kippling. Itu yang paling mudah. Bagi sahabat yang belum mengakrabi dunia jurnalistik, “5W+1H” adalah formula klasik yang menjurus “sakral” karena wajibnya sebuah berita memuat unsur-unsur “5W+1H” dalam lead (aliea pertama sebuah berita) . “5W+1H” tidak lain “What-Who-Where-When-Why + How” (apa-siapa-dimana-kapan-mengapa + bagaimana). Mulailah menulis dengan mengambil salah satu unsur dari formula ini!
What (apa), ditujukan untuk kegiatan seseorang, seekor (kalau hewan), atau sebuah (kalau benda). Jika sahabat ingin menulis tentang kegiatan anak yang mulai belajar berjalan, mengapa tidak menulis upaya atau kegiatan yang dilakukannya. Katakan saja di awal tulisan sebagai berikut:
Ia mulai mencoba mengangkat badannya, bertumpu pada dua kaki mungilnya, lalu berdiri dengan kedua tangan terangkat ke depan sebagai penyeimbang. Kaki kanan mulai terangkat dan melangkah ke depan, disusul kaki kirinya bergantian…
Who (siapa), jelas ini menunjuk kepada seseorang. Kalau anak yang belajar itu bernama Dinda, sahabat bisa memulainya dengan:
Dinda berusia satu tahun jalan. Dalam usianya yang sedini itu, anak bungsu kami itu sudah mulai belajar berjalan. Dia tidak mau lagi terlalu lama digendong dan sering berontak ingin turun. Rupanya Dinda ingin belajar berjalan lagi…
Where (dimana), juga mudah. Dia menunjukkan sebuah tempat. Sahabat bisa memulainya dengan:
Teras depan rumah kami adalah tempat yang nyaman bagi Dinda untuk memulai latihan berjalan. Selain tempatnya lapang, di teras itu tidak ada sesuatu yang berbahaya bagi keselamatan dirinya…
When, (kapan). Jelas ini menunjukkan waktu kapan terjadinya suatu peristiwa:
Pagi hari adalah waktu yang tepat bagi Dinda untuk belajar berjalan. Selain tenaganya masih segar, udara yang bersih juga menambah gairahnya belajar…
Why (mengapa). Kata tanya ini menunjukkan mengapa kita melakukan sesuatu. Ada hukum kausalitas di sana, hukum sebab akibat. Masih contoh Dinda yang belajar berjalan, sahabat bisa memulai menulis dengan:
Seperti tidak ada lelahnya, Dinda terus berupaya berdiri dan melangkahkan kakinya meski dengan berat dan sering terjatuh. Rupanya ia bertekad ingin cepat bisa berjalan seperti teman-teman lainnya...
How (bagaimana). Mungkin yang terakhir ini lebih sulit. Tetapi biasanya bersifat penggambaran saja atau bekerjanya suatu proses. Jadi tulislah sulitnya upaya Dinda belajar berjalan dengan:
Jatuh, bangun, jatuh dan bangun lagi. Itulah yang Dinda lakukan dalam upayanya belajar berjalan. Ia melakukannya dengan keras, sampai kemudian ia mampu berjalan sendiri...
Nah, kalau kunci “5W+1H” itu sudah kita pahami betul, tunggu apa lagi? Siapakan kertas dan pulpen atau segera duduk di depan komputer dan mulailah menulis apa saja; cerpen, catatan harian, catatan perjalanan, berita, bahkan artikel. Kerahkan nalar dan imaji kita kala mulai menulis:
“Malam sepi, langit gelap tak berbintang, seorang lelaki berkelebat di tengah kegelapan…” atau “Api unggun sudah mulai padam pada malam yang beku itu. Suasana berganti diterangi nyala bulan sabit yang menggantung di bibir langit..." atau "Aku mulai beranjak dari tempat itu untuk melanjutkan perjalanan pada malam yang sudah jatuh ke dinihari itu…” atau… silakan sahabat cari dan lanjutkan sendiri!
Pada perjalanannya nanti, hanya tinggal improviasi saja dalam memulai menulis. Ada kalanya kita harus menggambarkan suasana hati, suka cita, atau kepedihan. Akan tetapi semua penggambaran (deskripsi) itu tidak lepas dari “5W+1H”. Bisa juga kelak improvisasi dalam memulai menulis itu berupa kutipan kata-kata bijak/mutiara, peribahasa, percakapan (kalimat langsung), penuturan orang, bahkan seruan. Saya akan jelaskan semua itu dalam kesempatan lain, berikut contoh-contohnya.
Sebagai gambaran, saya lampirkan sebuah contoh tulisan di sini. Saat saya menulis newsfeature ini, kisah sosok ini, saya memulainya dengan menyimak penuturan seorang sumber bernama Ajid, bos pemulung, yang menceritakan satu episode hidupnya yang paling diingatnya dengan baik. Sahabat bisa mengkliknya disini: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0610/09/Sosok/2994402.htm. Selamat mencoba.
Palmerah, 11 Oktober 2006
Wednesday, October 11, 2006
Berbagi Pengalaman Menulis (9)
Diposting oleh Pepih Nugraha di 11:28 PM
Label: Berbagi Pengalaman Menulis, Jurnalistik, Menulis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Mas, maaf, acontoh yang what itu kayaknya lebih cocok untuk contoh How deh. Gimana Mas? Mohon penjelasan..
hallo mas, tetep berusaha untuk nulis-nulis dan nulis. tapi kok belum baik-baik ya? hii
halo kang pepih,
makasih atas pengetahuannya. saya baru ngeh masalah 5W+1H. percaya atau tidak, anak saya kelas 3 SD sudah diajarkan itu. cari artikel di koran, dan cari 5W+1H nya. itu berulang2 setiap minggu. saya pikir, karena dia belajar penempatan what, who dst itu. tau2nya baru denger dari tulisan akang, kalo itu adalah dasar menulis. ckckck...anaknya lbh canggih dr mboknya. hehehe.
skali lagi, thx for the article. means so much to me.
bener Pak yahh..ternyata menulis itu susah juga :D
tp klo sayah sih apa yang ada di otak pada saat nulis yah di tulis ajah, kadang malah bahasanya ndak karu²an trus bikin tertawa sendiri klo udah ter posting =))
Post a Comment