Abaikan "Proximity"
AZAS "proximity" atau kedekatan sudah lama menjadi salah satu dari nilai berita (news value) selain "penting", "menarik", "magnitude" (besar), dan menyangkut "prominet people" (orang terkemuka/terpandang). Berita, jelas harus mengandung unsur kedekatan, kedekatan antara berita yang disajikan dengan pembacanya.
AZAS "proximity" atau kedekatan sudah lama menjadi salah satu dari nilai berita (news value) selain "penting", "menarik", "magnitude" (besar), dan menyangkut "prominet people" (orang terkemuka/terpandang). Berita, jelas harus mengandung unsur kedekatan, kedekatan antara berita yang disajikan dengan pembacanya.
Misalnya, pembaca di Indonesia akan lebih tertarik membaca seorang pejabat korup dipenjara daripada seorang pejabat Amerika, apalagi pejabat Afrika, dipenjara untuk kelakuan yang sama, korupsi. Bahkan bila pejabat luar negeri itu mati sekalipun, pembaca di Indonesia tidak peduli. Orang Sampang di Madura akan lebih tertarik membaca mengapa Pilkada di daerahnya ditunda-tunda daripada penundaan Pilkada di daerah lain.
Lagi, pembaca Indonesia akan tertarik membaca artis Alda Risma terbunuh daripada seorang artis Holywood atau Bolywood mati. Kalau mau lebih ekstrem lagi melihat contoh kedekatan, contohlah sahabat sendiri saat menyaksikan selembar foto dimana Anda termasuk salah satu dari kerumunan di foto itu. Pastilah yang Anda cari itu Anda sendiri, atau setidak-tidaknya teman dan keluarga dekat Anda. Bukan begitu?
Tetapi kadang-kadang, unsur "proximity" itu diabaikan tatkala unsur "interisting" atau daya pikat sebuah berita begitu besar. Daya pikat itu tidak harus berkaitan dengan "magnitude" (misalnya jumlah korban tewas sebuah kecelakaan yang besar), tetapi bisa saja karena berita itu "menyentuh perasaan", juga punya "nilai kejuangan dan sikap bertahan" yang luar biasa. Jarang jauh membentang memisahkan Amerika-Indonesia, dengan kata lain tidak ada kedekatan, tetapi kedakatan bisa diabaikan bila berita punya daya pikat.
Seekor anjing yang bisa bisa bertahan hidup selama dua minggu di sebuah lubang, juga bisa menjadi berita. Apalagi manusia yang mampu bertahan dari serangan ganas srigala atau beruang di hutan, katakanlah demikian. Ini sekadar contoh saja.
Untuk alasan inilah mengapa saya harus repot-repot menerjemahkan dua berita dari kantor berita Associated Press (AP) yang berkedudukan di Amerika Serikat untuk Kompas.com atau Kompas Cyber Media (KCM). Sebab, kedua berita itu, meski peristiwanya lokal Amerika Serikat, tetapi nilai kejuangan untuk bertahan dan pengampunan (nilai kemanusiaan) dari pelaku dalam dua berita itu, cukup menggugah perasaan yang membacanya. Setidak-tidaknya, daya tarik kedua berita itu ada. Inilah dua berita dimaksud:
1.
SALT LAKE CITY, KAMIS- Seorang pria yang kehilangan istri dan dua anaknya pada hari Paskah bulan April lalu mengungkapkan kebaikan hatinya bagi sopir pemabuk yang terancam hukuman penjara karena menjadi penyebab musibah itu.
Carlos Prieto menerima hukuman 10 tahun penjara, tetapi Gary Ceran, pria yang kehilangan tiga anggota keluarganya itu, mengatakan pada hakim bahwa ia cukup puas jika si penabrak tidak di penjara. “Saya ingin Carlos tahu bahwa saya memaafkannya," kata Ceran, menahan tangis beberapa meter di belakang Prieto yang tangannya dibelenggu, Kamis (24/5).
Jaksa penuntut mengatakan Prieto, 25 tahun, dalam keadaan mabuk alkohol dua kali lipat dari ambang batas yang diperbolehkan saat truk berbadan lebar menabrak kendaraan keluarga Ceran. Cheryl Ceran, 47, Ian Ceran, 15, dan Julianna Ceran, 7, tewas seketika. Gary Ceran dan dua anak lainnya selamat.
Beberapa saat setelah kejadian itu Ceran mengatakan bahwa ia memaafkan Prieto, yang kemudian menyatakan rasa bersalahnya di pengadilan.
Prieto berbicara dalam bahasa Inggris yang terpatah-patah. "Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih kepad pria yang baik hati yang telah memaafkan saya," katanya. “Saya berharap dapat melakukan sesuatu untuk mengobati rasa bersalah ini, mengobati hati ini.”
Prieto menyatakan bertanggung jawab penuh atas kecelakaan itu dan berjanji tidak akan mabuk lagi.
2
GEORGETOWN, KAMIS- Seorang ibu, Bernice Perreria, dengan anaknya yang berusia lima tahun selamat dari kecelakaan pesawat kecil di hutan Guyana, Amazon. Ibu dan anak itu meninggalkan reruntuhan pesawat mencari jalan keluar dari hutan.
Kecelakaan pesawat itu sendiri menewaskan tiga penumpang lainnya, termasuk satu anak Perreria lainnya. Demikian dijelaskan juru bicara dari perusahaan pesawat carteran tersebut.
Sesaat setelah kecelakaan terjadi Bernice Perreria dan anak laki-lakinya meninggalkan tempat kejadian dan harus bermalam di hutan sebelum tim SAR (search and rescue) menemukan mereka.
Fazal Khan, jurubicara perusahaan Air Services Limited mengatakan, selamatnya ibu dan anak di hutan Amazon yang terkenal ganas itu merupakan suatu keajaiban.
Pesawat bermesin ganda Britten-Norman Islander kehilangan kontak radio dalam kondisi cuaca yang sangat buruk pada hari Rabu waktu setempat, 20 menit sebelum mendarat di landasan yang sengaja dibangun di hutan Amazon, kata Paula McAdam, jurubicara dari otoritas penerbangan sipil.
Kantor berita AP menyebutkan, tim penyelamat menyisir area yang berbatasan dengan Brasil untuk mencari reruntuhan pesawat bertempat duduk sepuluh itu.
Perreria mengungkapkan, bayinya tewas bersama kapten pilot Rohan Sharma (50) dan lima penumpang lainnya yang masih belum teridentifikasi. "Kedua orang yang selamat dan hanya mengalami luka-luka ringan kini ditangani tim medis," kata Khan. Air Services Ltd melayani sejumlah komunitas pertambangan dan masyarakat yang tinggal di wilayah selatan Amerika itu.
1 comment:
Good post.
Post a Comment