Thursday, May 31, 2007

Catatan (20): Surat Lili









Surat Teman SMA



AGAK terkejut juga saya menerima sepucuk surat, Kamis hari ini. Saat saya tiba di kantor, surat itu sudah tergeletak di atas meja. Tanpa alamat pengirim. Tetapi dari cap pos yang tertera di atas perangko "Hemat Energi" senilai Rp 1.500, saya tahu itu surat dari Tasikmalaya. Dari siapa?



Itu surat dari Lili, teman SMA saya dulu, saat kami sama-sama duduk di bangku kelas 1-3 tahun 1982-1984 di SMA II Tasikmalaya. Lili beretnis Tionghoa. Tetapi saya tidak pernah ragu dan pusing berteman dengannya. Saya tidak pernah mempersoalkan sesuatu yang given, sesuatu yang sudah kita terima dari sononya, entah itu etnis, ras, maupun agama. Teman sekelas beretnis Tionghoa lainnya adalah Ang Le Tjien dan Yen Yen. Semoga saya tidak salah menulis nama mereka. Hem, dimana ya mereka sekarang berada... termasuk Taufik, teman sekelas yang beretnis Arab-Pakistan genuine?



"Hallo Pepih! Apa kabar? Mudah-mudahan Pepih masih ingat sama Lili, temanmu waktu di SMA II TSM," demikian Lili membuka surat bertanggal 18 Mei 2007 itu. Lili adalah gadis yang lemah lembut, dalam bertutur maupun bertindak, sebagaimana gadis Tasik pada umumnya yang lemah lembut namun punya prinsip tegas itu. Lili melanjutkan, "Kalau Lili sih yakin, waktu baca namamu di Kompas, pastilah itu kamu. Selamat ya, cita-citamu sudah kesampaian. Lili juga sudah tercapai cita-citaku menjadi ibu RT (ha..ha...)."



Dalam lanjutan suratnya, Lili (dulu dia menulis namanya dengan "Lily") mengabarkan bahwa adiknya, Tanti Susilawati, sudah menerbitkan novel pertamanya, "Hey Mister I Love You!" dan meminta saya membeli novel itu untuk kemudian saya resensi. Sebuah permintaan yang Insya Allah dapat saya luluskan.



Hanya saja, kepada siapa kelak risalah kritikan saya itu saya alamatkan, mengingat ia tidak menyantumkan alamat rumahnya? Saya juga yakin Lili belum akrab dengan dunia internet, sebab ia tidak pernah tahu alamat imel (e-mail) saya, apalagi ia mengenal atau membaca blog yang saya urus ini! Toh ia masih berkirim surat secara konvensional, surat "par avion".



Baiklah, saya tidak akan ambil pusing bagaimana kritik saya atas novel adiknya itu bisa sampai kepadanya. Kalau saya sudah mendapatkan buku itu, kelak saya akan memuat resensinya di blog ini. Harapan saya, siapa tahu di antara sahabat yang kebetulan membaca blog ini tahu alamat Lili di Tasikmalaya. Meski saya terbilang sering datang ke kota tempat saya dilahirkan dan dibesarkan itu, saya sudah kehilangan jejak teman-teman saya, termasuk Lili ini.



Kota Tasikmalaya memang sempit, tetapi terlalu luas bagi saya untuk mencari dan menemukan teman lama di sana. Kota ini tidaklah salah. Sayalah yang salah karena tidak cukup peduli dengan kota dimana ayah, paman, dan bibi saya sampai sekarang tinggal di sana, di tanah dimana jasad ibu saya dikuburkan. Kota dimana saya mengenal baik pedangdut Itje Trisnawati saat ia masih remaja dan berlatih di rumah pasangan Iing Ibrahim- Enok Erni, pasangan yang melahirkan penyanyi Vetty Vera dan adiknya, Alam, di desa Ciawi, Tasikmalaya.



Saya mengenal mereka dengan baik saat usia saya belum beranjak dewasa, tetapi saya tidak cukup mengakrabi kota ini dengan baik kendati usia saya telah beranjak senja.

1 comment:

STAR said...

aku pernah mas ngelacak teman smp di dili dan ketemu.. hehehe.. iseng banget ya..? karena waktu itu drive nya memang kuat sekali. begitu rindu dg kota yg sekarang menjadi ibukota negara tetangga..

semoga bertemu dg lili ya.. supaya bisa dibuatkan resensi atas karya adiknya..
nanti kl sy sudah mampu menghasilkan karya tolong dibuatkan resensinya ya.. (hehehe)