Thursday, July 31, 2008

Berbagi Pengalaman Menulis (68)

Isu untuk Menulis Artikel (2)


BAIK, saya teruskan lagi postingan sebelumnya yang sempat terputus. Saya tekankan kepada teman itu bahwa menangkap isu dalam membuat artikel maupun berita ada kesamaan. Bedanya, tugas membuat artikel menjadi "lebih mudah" karena biasanya para penulis artikel mengikuti berita dan mengetahui perkembangan peristiwa mutakhir. Ini masuk akal karena artikel mensyaratkan kupasan yang sedang aktual diperbincangkan!


"Jadi, apakah saya juga harus seperti wartawan, Pak? Maksud saya, apakah saya juga harus mewawancara narasumber?" tanyanya yang langsung saya sambar, "Mengapa tidak?" Dan, dia langsung terdiam demi mendengar jawaban saya itu.


Saya katakan, penulis artikel tidak selayaknya "hidup dalam dunianya sendiri" seperti, maaf, orang-orang autis itu. Penulis artikel tidak selayaknya menganggap bahwa opini dan pendapatnya saja yang benar. Di luar itu, semua salah. Di luar darinya semua itu tidak penting. Maaf, jangan sekali-kali berpikir seperti itu. Berpikirlah bahwa salah satu tujuan Anda membuat artikel itu untuk memberi pencerahan, berbagi ilmu, berdiskusi, belajar menerima pendapat orang lain, atau belajar menyanggah pendapat orang lain (atau berita) dengan cara santun dalam bentuk artikel.



Buatlah sebuah artikel yang memberi solusi, bukan melulu pertanyaan tanpa jawaban. Bukan melulu gugatan tanpa perbaikan. Berilah pembaca sebuah alternatif dari cara-cara yang sudah umum diketahui, tetapi tidak dengan cara mengajari. Berpikirlah bahwa Anda setara dengan pembaca, sehingga Anda terhindar dari cara-cara menggurui. Yakinkan bahwa solusi yang Anda tawarkan merupakan upaya perbaikan atau novelty (hal baru) yang selama ini belum ada. Namun demikian, jangan sekali-kali mencela solusi yang pernah ditawarkan orang sebelumnya!



Kembali ke cara kerja itu tadi, apakah penulis artikel juga harus seperti wartawan? Saya jawab, "Ya, dalam bata-batas tertentu!" Yang saya sebut "dalam batas-batas tertentu itu" misalnya, apa salahnya kalau penulis artikel juga bisa bertemu dan berbincang-bincang dengan para pakar lainnya. Mungkin tidak secara resmi, tetapi di saat si pakar itu mengadakan seminar atau acara-acara santai lainnya. Gali saja informasi yang Anda butuhkan dari situ. Gali sebuah persoalan yang kelak akan dijadikan isu dalam artikel yang Anda tulis. Itu pertama.



Kedua, tidak ada salahnya kalau Anda sering-sering datang ke perpustakaan untuk mencari informasi sesuai isu yang ingin Anda kembangkan. Cari informasi di internet sebagai pelengkap isu mutakhir dan jaga kemungkinan tulisan itu sudah ditulis penulis artikel lain. Kalaupun sudah ditulis, cari dari sudut pandang yang berbeda asalkan tidak melakukan plagiat saja. Ketiga, baca buku yang relevan, sekadar melihat "kesejarahan" dari sebuah persoalan. Nah, bukankah cara-cara ini sama dengan apa yang dilakukan oleh wartawan dalam menulis berita?



"Kamu mengerti?" tanya saya menyadarkan lamunan teman saya itu. Dia mengangguk dan tampaknya paham atas apa yang saya bicarakan. Maaf, saya terlalu dominan bicara kala itu karena posisinya sebagai orang yang ditanya. Saya pun menjawabnya sepengetahuan yang saya punya berdasarkan pengalaman menulis artikel yang saya alami. Jika pun postingan ini tidak ada gunanya, abaikan saja! Oke, sampai di sini dulu, sampai jumpa di bahasan lain... (Selesai)

No comments: