Monday, July 21, 2008

Catatan (54): LTTE

Surat untuk Editor


SABTU, 12 Juli lalu, saya menghadiri diskusi Forum Pembaca Kompas (FPK) di Hotel Santika, Jakarta. FPK adalah sebuah forum diskusi yang diselenggarakan Harian Kompas, yang usia keanggotaannya hanya satu tahun saja. Habis masa keanggotaannya, diganti keanggotaan lainnya. Diskusi diselenggarakan tidak hanya di Jakarta, tetapi juga Bandung, Makassar, Yogyakarta, dan Surabaya.


Banyak pertanyaan kritis dari anggota FPK yang menjadi masukan bagi Harian Kompas dan bahkan Kompas.com. Salah satu pertanyaan yang saya simak adalah "keluhan" dari seorang anggota FPK yang sudah beberapa kali tulisannya yang dimaksudkan untuk suat pembaca (Rubrik "Redaksi Yth"), selalu ditolak. "Mengapa tulisan saya selalu ditolak?" tanyanya.



Pertanyaan lainnya adalah mengenai sulitnya seorang penulis "belum ternama" untuk tampil di halaman opini, yakni halaman enam. "Lalu apakah mahasiswa seperti saya boleh mengirimkan artikel?" tanya penanya lainnya.



Redaktur Opini, Tony Widiastono, yang hadir dalam diskusi itu menjelaskan dengan tuntas. Menurut dia, tulisan yang dimaksudkan untuk rubrik "Redaksi Yth", atau dalam istilah jurnalistik disebut "Letter ToThe Editor" (LTTE), adalah tulisan yang hanya berkaitan untuk kepentingan umum. "Bila untuk kepentingan pribadi, atau menyerang dan menjatuhkan pihak lain, jangan harap bisa dimuat," jawab Mas Ton, demikian kami biasa memanggil.



Dari forum diskusi FPK itu juga diketahui, bahwa beberapa di antaranya sangat fanatik dengan rubrik "Redaksi Yth". "Yang pertama saya baca kalau menerima Harian Kompas bukanlah berita utama atau rubrik lainnya, tetapi justru surat pembaca," katanya. "Di sana banyak sekali informasi yang berkaitan langsung dengan pembaca seperti saya."



Mas Ton menjelaskan, surat pembaca hendaknya merupakan informasi yang bermanfaat bagi banyak orang, khususnya para pembaca Kompas. Meski demikian, kata Mas Ton, "Bisa juga opini ringkas menyikapi keadaan, tetapi dalam konteks tidak mengandung SARA, tidak mengundang permusuhan, dan tidak untuk mendiskreditkan orang atau pihak lain."



Bagaimana cara menembus artikel di harian Kompas? Akan dijelaskan dalam Catatan berikutnya, masih dari forum yang sama.

No comments: