Membuat Berita "Straight"
Landy, sahabat blogger yang menulis berita dengan judul “Ibu Macam Apa” (Lihat Berita Sahabat: 1) menyatakan malu saat melihat sendiri beritanya dipostingkan di blog ini. Malu, karena dia pasti kurang “PD” alias kurang percaya diri. Padahal, seharusnya ia bangga bisa menulis berita, merekam peristiwa yang ia lihat dan alami. Ini modal dasar. Perkara bagaimana struktur berita dibuat, bisa dipelajari pelan-pelan. Oke, kita mulai saja.
Umumnya berita dibagi ke dalam dua jenis: hard news dan soft news. Yang ingin saya uraikan di sini pertama-tama adalah bagaimana menulis berita hard news atau biasa disebut straight news itu. Kadang orang menyebutnya dengan spot news.
Sesuai namanya, straight news berarti langsung. Berita langsung yang tanpa basa-basi, tanpa bunga-bunga, tanpa opini. Semua disajikan sesuai fakta yang ditemukan dan berkembang di lapangan. Kumpulan dari fakta-fakta itulah yang kita namakan berita. Tentu saja setelah fakta atau peristiwa itu dikumpulkan, kita tinggal menyusunnya ke dalam sebuah “anatomi” berita langsung yang sudah dipagari oleh ketentuan-ketentuan tertentu.
Ketentuan itu antara lain, sebagaimana sebuah berita wajib diberi judul berita. Setelah judul ada, berita kita ibaratkan sebagai sebuah tubuh yang mempunyai kepala berita, badan berita, dan ekor berita. Akan tetapi yang paling penting dalam sebuah berita adalah alinea pertama sebuah berita yang biasa kita sebut lead. Kuncinya adalah: pembaca cukup membaca judul dan lead saja, maka dia sudah mengerti seluruh isi berita. Itu artinya, sahabat harus menyajikan lead berita yang singkat dan jelas.
Mengapa demikian? Sebab berita mengenal istilah “Piramida Terbalik” (lihat gambar di bawah ini).
Sesuai sifatnya yang terbalik, maka pada bagian atas piramida hanya memuat hal-hal penting saja. Bagian yang kurang penting ditaruh di bawahnya, dan yang tidak terlalu penting diletakkan di bagian terbawah. Ini rumus kuno yang masih dipakai dalam sebuah berita straight news.
Ada lagi rumus kuno yang masih tetap dipakai, yakni pada lead harus mengandung unsur-unsur “5W+1H”. Masih ingat rumus ini? Ini rumus dari Rudyard Kippling yang berarti Who, What, Where, When, Why, dan How. Pertanyaannya, apakah bisa kita membuat unsur-unsur “5W+1H” itu dalam satu paragraf di lead pertama? Jawabnya: harus bisa!
Mari kita ambil contoh sederhana saja. Anggaplah sahabat mendapat berita yang turun dari langit (gods given fact) berupa kecelakaan yang terjadi di ruas jalur Pantura. Fakta yang terkumpul di lapangan antara lain: 15 orang tewas seketika termasuk sopir bus. 26 luka berat. 11 luka ringan. Melibatkan bus “Merdeka” jurusan Jakarta-Surabaya yang melaju ke arah Jakarta dan truk tronton dari arah sebaliknya. Bus ringsek. Seluruh penumpang tewas dari bus “Merdeka”. Sopir tronton kabur. Kecelakaan Cirebon. Waktu Senin, 1 Januari 2007. Keterangan dari saksi mata dan polisi.
Jika sudah siap dengan fakta, mulailah berkonsentrasi dengan pembuatan alinea pertama. Artinya, sahabat akan membuat lead berita. Abaikan saja judul kalau belum ketemu. Coba dengan kalimat pertama di bawah ini:
Bus “Merdeka” jurusan Jakarta-Surabaya bertabrakan dengan truk tronton bermuatan baja di ruas jalan Pantura, Cirebon, Senin (1/1) petang. Lima belas penumpang bus “Merdeka” tewas seketika di tempat kejadian, sementara 26 penumpang lain menderita luka berat dan 11 luka ringan. Diduga, bus dan truk yang datang berlawanan arah itu melaju dengan kecepatan tinggi sehingga kedua kendaraan ringsek.
Wow… Kalau sahabat sudah bisa menyusun lead sebuah berita straight semacam ini, itu artinya sudah bisa jadi wartawan. Alinea kedua, ketiga, dan seterusnya tinggal memasukkan fakta-fakta yang sifatnya sesuai dengan piramida terbalik itu: dari yang terpenting, penting, sampai kurang penting. Tinggal mencantumkan dateline plus nama media di awal "lead", maka jadilah ia berita. Katakanlah nama media sahabat "Wartakita". Maka ditulis: CIREBON, WARTAKITA -Bus "Merdeka" jurusan Jakarta-Surabaya... dst.
Coba simak lagi lead yang saya susun tadi. Di situ sudah masuk unsur-unsur “5W+1H”, bukan? What (tabrakan antara bus dan truk), Who (penumpang tewas dan luka), Where (Pantura, Cirebon), When (Senin, 1 Januari 2007, petang hari), Why (bus dan truk sama-sama melaju dalam kecepatan tinggi), How (bus dan truk sama-sama ringsek). Begitu mudah!
Coba lanjutkan ke alinea kedua. Sahabat bisa mengambilnya dari keterangan saksi mata atau keterangan polisi, atau masih menggambarkan suasana tempat terjadinya peristiwa. Kalau sahabat hendak mengambil keterangan saksi mata atau polisi, maka alinea kedua berbunyi:
Sodikin (45), warga setempat yang menyaksikan langsung peristiwa tabrakan maut itu mengungkapkan, 15 penumpang tewas berasal dari bus “Merdeka” yang sempat terguling dan terbalik sesaat setelah terjadinya tabrakan. “Saya mendengar suara keras, setelah itu terdengar jerit tangis penumpang,” katanya.
Kalau pada aliena kedua masih ingin menggambarkan suasana, boleh-boleh saja. Tulis saja:
Hingga Senin tengah malam, petugas masih kesulitan mengevakuasi penumpang bus “Merdeka” yang terjepit di antara badan bus yang ringsek. Kelima belas penumpang tewas dan yang menderita luka berat segera dibawa ke rumah sakit umum terdekat, sementara yang luka luka ringan ditampung di rumah penduduk di dekat lokasi. Saat berlangsung evakuasi, lalu-lintas dari dua arah terhenti, mengakibatkan antrian sepanjang lima kilometer.
Nah, sudah mendapat bayangan? Jangan lupa beri judul. Misalnya: 15 Tewas Seketika Di Pantura atau Tabrakan Maut Bus-Truk, 15 Tewas. Sekarang kita dapat membuat berita utuh dari beberapa paragraf di atas, berikut judul dan dateline berita tersebut menjadi:
Tabrakan Maut Bus-Truk, 15 Tewas
CIREBON, WARTAKITA- Bus “Merdeka” jurusan Jakarta-Surabaya bertabrakan dengan truk tronton bermuatan baja di ruas jalan Pantura, Cirebon, Senin (1/1) petang. Lima belas penumpang bus “Merdeka” tewas seketika di tempat kejadian, sementara 26 penumpang lain menderita luka berat dan 11 luka ringan. Diduga, bus dan truk yang datang berlawanan arah itu melaju dengan kecepatan tinggi sehingga kedua kendaraan ringsek.
Hingga Senin tengah malam, petugas masih kesulitan mengevakuasi penumpang bus “Merdeka” yang terjepit di antara badan bus yang ringsek. Kelima belas penumpang tewas dan yang menderita luka berat segera dibawa ke rumah sakit umum terdekat, sementara yang luka luka ringan ditampung di rumah penduduk di dekat lokasi. Saat berlangsung evakuasi, lalu-lintas dari dua arah terhenti, mengakibatkan antrian sepanjang lima kilometer.
Sodikin (45), warga setempat yang menyaksikan langsung peristiwa tabrakan maut itu mengungkapkan, 15 penumpang tewas berasal dari bus “Merdeka” yang sempat terguling dan terbalik sesaat setelah terjadinya tabrakan. “Saya mendengar suara keras, setelah itu terdengar jerit tangis penumpang,” katanya.
Oke, silakan latihan sendiri dengan cara mengumpulkan fakta-fakta dan hadir dalam sebuah peristiwa. Ambillah fakta dan data selengkap mungkin, juga keterangan pendukung dari saksi mata, dokter, perawat, keluarga korban, korban selamat, dan seterusnya. Memang tidak harus dimasukkan semua. Nanti pada gilirannya sahabat bisa dengan mudah menakar mana saja fakta-fakta penting sampai kurang penting, sesuai rumus piramida terbalik itu. Ini baru permulaan saja, nanti dilanjutkan...
Pepih Nugraha,
Jakarta 4 Januari 2007
Thursday, January 04, 2007
Berbagi Pengalaman Menulis (19)
Diposting oleh Pepih Nugraha di 9:08 PM
Label: Berbagi Pengalaman Menulis, Berita, Jurnalistik
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Kalo membaca artikel ini saya jd berfikir bahwa menulis itu mudah, tetapi bgt di depan kompi langsung buyar ga tau apa yg musti ditulis... *sigh*
Terima kasih tulisan sangat berguna!
wah pelajaran berharga dari orang jurnalistik...
Post a Comment