Thursday, August 24, 2006

Berbagi Pengalaman Menulis (3)

Yang Penting Cerdik

BENAR kata teori jurnalistik, menjadi wartawan itu tidak harus pintar-pintar amat, tetapi cerdik sajalah. Saat tulisan kita ditolak satu desk, bukan berarti kiamat. Wartawan harus selalu berpikir bahwa tulisannya harus dibaca pembaca, bukan editor tertentu! Jangan sakit hati tulisan kita ditolak satu editor, masih banyak editor yang lainnya.

Tetapi dalam kasus tulisan di bawah yang dimuat Kompas, 23 Agustus 2006, saya bisa memaklumi penolakan desk olahraga karena dikirim saat ramai-ramainya Piala Dunia (sepak bola) Mei-Juni lalu. Jadi, saya sendiri yang mungkin "tidak tahu diri", mengirimkan tulisan tidak tepat waktu. Hemm, jadi menyalahkan diri sendiri.

Setelah diedit ulang dan mengingat isi tulisannya masih tetap current (mutakhir) alias tidak basi, yakni
tentang catur sebagai salah satu cabang baru di Asian Games Qatar Desember mendatang, maka editor lain melihatnya sebagai layak untuk dimuat di Kompas. Apalagi sebelumnya saya sudah menghubungi Utut Adianto, pecatur terbaik Indonesia lewat handphone.

Ingat, di koran besar seperti Kompas, bersaing mendaptakan kavling (space/tempat), bukan persoalan gampang, bahkan itu untuk wartawannya sendiri! Hanya tulisan yang benar-benar layaklah yang bisa tampil. Jadi ada proses kreatif, kompetitif, dan selektif. Ini juga dimaksudkan sebagai inspirasi bagi para penulis artikel: jangan putus asa hanya karena tulisan kita ditolak satu koran, masih banyak koran lainnya.

Sahabat bisa mengikuti tulisan itu seutuhnya di sini: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0608/23/or/2890951.htm, atau membacanya langsung...

Awas Akal-akalan Qatar!

Sebagai tuan rumah, ada saja akal-akalan untuk "mencuri" medali dari cabang olahraga yang dipertandingkan. Qatar sebagai tuan rumah Asian Games ke-15 Desember mendatang, cukup jeli menerapkan ilmu akal-akalannya ini.

Bayangkan, dari tiga nomor catur yang dipertandingkan, yakni catur standar, catur cepat, dan catur kilat, semuanya harus dimainkan secara beregu. Uniknya, komposisi regu terdiri dari dua pecatur putra plus satu pecatur putri.

"Komposisi anggota tim ini paling aneh di dunia dan belum pernah dipertandingkan sebelumnya di event mana pun," kata pecatur terkuat Indonesia, Utut Adianto, saat dihubungi Kompas beberapa waktu lalu. Utut diminta tanggapannya soal akal-akalan Qatar selaku tuan rumah.

Mengapa Qatar cukup percaya diri untuk mencuri medali di cabang catur? Bukankah negara kaya minyak itu baru "anak kemarin sore" di dunia catur? Bukankah Qatar tidak memiliki pecatur kuat yang malang melintang di turnamen elite dunia? Bagaimana ia merekayasa "pencurian" medali dari cabang catur?

Jawabannya adalah naturalisasi alias menarik seorang atau beberapa pecatur menjadi warga negara Qatar!

Di media massa setempat, isu naturalisasi bukan barang baru. Untuk cabang catur, Qatar siap menggaet pecatur kuat Armenia, Vladimir Akopian. Berdasarkan daftar terbaru FIDE April 2006, pecatur berusia 35 tahun itu berada di peringkat 16 dunia dengan Elo 2706, masuk kategori Grand Master Super. Namun, tentu saja tidak cukup Akopian seorang diri, mengingat ini pertandingan catur beregu.

Lalu, siapa pecatur putri Qatar yang akan dijadikan andalan? Bukankah negara itu tidak memiliki pecatur putri yang kuat? Jawabannya Zhu Chen, pecatur kuat China yang mantan juara dunia!

Zhu Chen kini berstatus sebagai istri Mohamad al-Modiahki, pecatur kuat Qatar yang biasa menjajal turnamen-turnamen dunia bergengsi. Boleh dibilang, Qatar hanya memiliki Al-Modiahki. Memang, dalam daftar peringkat FIDE terakhir pria Arab ini terlempar dari 100 besar dunia, tetapi pengalaman internasional dan prestasinya yang pernah meraih Grand Master Super sangat menjanjikan bagi skuad Qatar.

Percintaan yang berujung pernikahan terjadi saat pria kelahiran 1974 itu menyunting Zhu Chen. Zhu yang saat ini berperingkat 10 besar dunia dengan Elo 2483, otomatis menjadi warga negara Qatar. Sebagai pecatur kuat dan mantan juara dunia putri, Zhu diandalkan sebagai tambang skor.

Terjawab sudah, mengapa Qatar begitu percaya diri merebut medali di cabang yang baru pertama kalinya dipertandingkan dalam pesta olahraga kawasan Asia itu. Kita tahu, menarik masuk pecatur sekaliber Akopian menjadi warga negara Qatar bukanlah hal mudah. Namun, dengan gelontoran uang dan fasilitas nyaman yang bisa dinikmati seumur hidup, segalanya berjalan lancar, mulus berkat aliran fulus.

Peluang merebut medali dari tiga nomor catur pun jelas menjadi sangat terbuka, sebab setiap tim bisa bermain di tiga nomor itu.

Perjuangan masuknya catur sebagai salah satu dari 33 cabang yang dipertandingkan dalam Asian Games Qatar bermula 16 Februari 2002, saat Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) Sheik Ahmad al-Fahad al Sabah, yang pasti orang Arab, berkirim surat kepada Presiden Organisasi Catur Internasional (FIDE) Kirsan Ilyumzhinov agar catur dapat dipertandingkan di pesta olahraga bangsa-bangsa Asia ini.

Alasannya, catur merupakan permainan yang sangat digemari di kawasan Asia, apalagi catur lahir di India. Tak ayal, Presiden Komite Asian Games pun meluluskan permintaan FIDE yang memang memiliki anggota ratusan negara dunia.
Peluang Indonesia

Negara yang gempita menyambut diputuskannya catur sebagai salah satu cabang olahraga di Asian Games ke-15 di Doha, Qatar, 1 hingga 15 Desember 2006 mendatang itu, adalah India. Negara ini memiliki sejumlah pecatur berkelas dunia, baik di bagian putra maupun putri.
Koran berpengaruh, seperti The Hindu maupun koran virtual Rediff, menyambut senang dimasukkannya catur sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan. "Percasi"-nya India, All India Chess Federation (AICF), langsung menargetkan medali dari tiga nomor cabang catur.

"Benar-benar perkembangan yang mengesankan bagi India," kata PT Ummer Koya, Sekretaris AICF sekaligus Wakil Presiden FIDE, di harian The Hindu, 17 Maret 2002. "Ini penantian panjang bagi kami para pengurus (catur) dan para pecatur India. Kami (India) yakin akan meraih medali, dan yang lebih penting catur akan dikenal lebih luas lagi," sambungnya.
Ketiga nomor cabang catur yang dipertandingkan itu ialah catur standar dengan waktu berpikir 1,5 jam plus tambahan waktu 30 detik setiap melangkah, catur cepat 25 menit plus 10 detik per langkah, dan catur kilat lima menit plus lima detik per langkah.

India yang memiliki pecatur peringkat dua dunia, Viswanathan Anand (Elo 2803), Krisnan Sasikiran (peringkat 21, ELO 2692), dan Pendyala Harikrishna (peringkat 25, ELO 2680), dua pecatur harapan Surya Sekhar Ganguly dan Parijaman Negi, serta pemain putri peringkat dua dunia Koneru Humpy (ELO 2458), jelas sangat berpeluang meraih medali di tiga nomor yang dipertandingkan.

Ancaman terbesar akan datang dari skuad China dan sejumlah negara pecahan Uni Soviet, seperti Kazakhstan dan Tajikistan. Makanya, tim India langsung mengadakan pemusatan latihan dengan mendatangkan pelatih internasional, Evgeny Vladimirov, pelatih yang pernah satu kamp dengan mantan juara dunia catur asal Rusia, Garry Kasparov.

Meski pada kejuaraan Asia di Jodhpur skuad China keluar sebagai juara, tetapi India masih bertepuk sebelah tangan. Soalnya, di kejuaraan beregu itu Viswanathan Anand tidak hadir. Yang membanggakan, harian Rediff masih menganggap tim Filipina dan Indonesia sebagai ancaman, meski kedua negara itu absen dalam kejuaraan beregu Asia itu. Menurut Rediff, Filipina dan Indonesia bukan hanya ancaman bagi India, tetapi juga bagi negara Asia lainnya.

Indonesia, sebagaimana dikatakan Utut, akan coba merebut peluang dari catur kilat. Alasannya, dia dan Susanto Megaranto terbukti telah mampu mengimbangi pecatur mana pun di catur kilat. Namun, Utut mengakui, titik lemah ada pada pemain putri Irene Kharisma, meski tidak tertutup kemungkinan pecatur belia ini membuat kejutan. "Dalam catur kilat ada faktor refleks dan luck yang bisa menentukan," ungkapnya. (PEPIH NUGRAHA)
Palmerah, 25 Agustus 2006

No comments: