Monday, March 03, 2008

Tips (2): Jangan Abaikan Kontak Personal


Urutkan Kartu Nama Sumber Anda


SAYA termasuk orang yang buruk dalam memperlakukan kartu nama para narasumber. Seakan-akan kartu nama itu barang sekali pakai, setelah itu dibuang. Jadi ingat pepatah habis manis sepah dibuang. Padahal, kartu nama itu berisi informasi penting mengenai nama tepat narasumber, dan yang penting adalah... personal kontak yang ada di dalamnya, baik nomor telepon maupun alat surat elektronik.

Tetapi itu dulu, saat saya masih belum menyadari arti penting sebuah personal kontak. Setelah merasakan kesulitan akibat kecerobohan atau mungkin ketidaktahuan sendiri, akhirnya saya mulai sistematis dalam hal kartu nama. Saya mulai mengumpulkan seluruh kartu nama yang tercecer. Saya beli tempat plastik khusus untuk menyimpan kartu nama, menggunakan sel-sel yang sudah dilengkapi abjad dari A hingga Z. Cara ini lumayan efektif, sehingga saya tidak kesulitan lagi kalau mau menghubungi narasumber.

Lama kelamaan, cara inipun dirasa kurang efektif. Sebab, saya tidak mungkin membawa-bawa kotak penyimpan kartu nama yang lumayan berukuran besar itu. Dulu, istri saya pernah membelikan semacam personal data assistant awal dari Casio. Tetapi karena belum tahu kegunaannya, saya abaikan saja barang elektronik itu sampai rusak dan tidak berfungsi. Sekarang, bahkan saya tidak tahu bangkai barang itu.

Belakangan, saya menggunakan fasilitas phonebook telepon seluler sejak saya punya alat komunikasi itu pertama kali, yakni tahun 1996. Sebuah ponsel S4 Siemens yang saat itu sudah cukup canggih karena sudah bisa mengirimkan pesan singkat (SMS). Untuk back-up-nya, saya menyalin kembali personal kontak itu di komputer, disusun berdasarkan abjad, lalu saya kopi ke laptop. Sayangnya, ketika saya diberi amanah untuk duduk di struktural sejak 2001, perlahan-lahan personal kontak menjadi semakin berkurang, sementara yang sudah ada pun tidak saya pelihara dengan baik. Meski demikian, semuanya tercatat sebagai catatan pribadi saya.

Jika punya alamat dan nomor telepon narasumber yang disusun sistematis, kita tidak sulit untuk membuat janji wawancara, meminta pendapat lewat telepon, atau bahkan sekali-kali jalan-jalan sambil ngopi di tempat-tempat tertentu. Sekadar melancarkan lobi dan diskusi. Kadang kalau berita yang turun dari langit sedang sepi, dengan melihat nama-nama narasumber saja, saya mendapat inspirasi... Oh, lebih baik saya bikin isu ini atau isu itu, atau saya follow up berita kemarin dengan isu update... Begitu seterusnya.

Terasalah, betapa pentingnya sebuah benda mati bernama kartu nama bagi kehidupan wartawan.

No comments: