Kompas Update, 4 Januari 2008
TANGGAL 4 Januari 2008 lalu harus saya jadikan tonggak sejarah hidup, paling tidak sejarah hidup saya. Bukan karena pada hari itu, Jumat, telah lahir bayi mungil bernama Kompas Update, tetapi karena saya merupakan orang pertama yang diserahi tugas oleh manajemen mengelola bayi yang baru lahir itu. Sejelek apapun sejarah itu dibuat -baik atau buruk, berhasil atau tidak Kompas Update kelak- nama saya akan terus tercatat.
Tidak ada yang aneh dalam penugasan ini. Juga tidak ada yang istimewa. Biasa saja sebagaimana layaknya penugasan pada umumnya. Ketahuilah, penugasan dalam institusi koran, berarti "kewajiban yang harus dilaksanakan", tanpa perlu berdebat. Itu rumus mekanisme koran. Maka ketika daur hidup saya harus berubah 180 derajat sekalipun: siang dijadikan malam dan malam dijadikan siang, saya tidak ambil peduli.
Tidak sedikit pun protes dan tidak merasa diri dibuang atau dicampakkan! Bahkan saya agak sedikit "mengingkari" adanya sebuah hadits yang bunyinya kira-kira begini: telah kujadikan siang sebagai hari untuk bekerja... Apa boleh buat. Biarlah, yang satu ini urusan saya dengan Tuhan saya.
Maka menyambut hari "H" terbitnya Kompas Update, seminggu sebelumnya saya sudah mengondisikan diri untuk selalu bangun pukul 1 tengah malam, berangkat setengah jam kemudian, dan sampai di kantor paling cepat pukul 2 atau setengah 3. Begitu setiap hari. Mulai edisi percobaan atau betha pada tanggal 2 dan 3 Januari. Hanya dua kali pekerjaan dummy tanpa dicetak, Jumat 4 Januari 2008 sudah muncul edisi pertama Kompas Update, Sejarah pun lahir.
Seperti yang dijelaskan Pemred Suryopratomo dalam pengantar pada Kompas Update edisi pertama, keberadaan Kompas Update ini untuk memberi dignity atau martabat kepada pembacanya. Sekarang, pembaca Kompas yang biasa memperoleh Kompas yang dijual siang dengan harga Rp1.000, mendapat sesuatu yang baru, yakni berita yang di-update pada halaman 1 dan halaman sambungan, yakni halaman 15. Terbit tetap 32 halaman dengan harga Rp 1.000 dari Senin sampai Jumat.
Nama Update sendiri dijelaskan, bahwa nama itu merupakan istilah jurnalistik yang sudah dikenal umum sebagaimana halnya deadline, lead, stop press atau breaking news. Kelak nama ini menjadi keberuntungan tersendiri setelah lahirnya pengekor Kompas paling jempolan, Media Indonesia, dengan nama Media Indonesia Siang. Koran ini mungkin malu hati kalau harus mengambil nama "Update", sehingga mencantumkanlah embel-embel Siang yang tentu saja mengesankan berita basi atau berita kesiangan. Berbeda dengan update yang berarti berita terbaru, terkini, atau berita yang ditindaklanjuti. Sama sekali bukan berita basi atau berita siang. Kita lihat, apakah koran ini juga akan nekat mengganti embel-embel Siang dengan Update!
Sebagaimana kelahiran bayi pertama, kami menunggu dengan berdebar di percetakan setelah deadline berakhir. Berita yang kami angkat saat itu kebetulan hari pertama pemilihan calon presiden Amerika Serikat lewat Kaukus Iowa. Pemenangnya di Partai Demokrat adalah Barack Obama yang unggul atas Hillary Clinton, sementara di Partai Republik John McCain sebagai pemenangnya. Saya pilih foto ekstrem Obama untuk ditampilkan pada headline foto halaman pertama, dengan berita utama tentang Obama pula. Berita itu menggeser berita jebolnya tanggul Lapindo pada saat-saat akhir. Pilihan yang sangat tepat, sebab menangnya Obama saat itu merupakan berita ter-update, terkini dan paling hot.
Ada beberapa foto yang saya ambil saat hari pertama Kompas Update terbit. Dalam kesempatan ini saya tampilkan satu buah foto di atas sebagai tonggak sejarah, saat Mas Tom, demikian Suryopratamo biasa dipanggil, mengamati Kompas Update edisi pertama yang baru diambil dari gilingan percetakan.
TANGGAL 4 Januari 2008 lalu harus saya jadikan tonggak sejarah hidup, paling tidak sejarah hidup saya. Bukan karena pada hari itu, Jumat, telah lahir bayi mungil bernama Kompas Update, tetapi karena saya merupakan orang pertama yang diserahi tugas oleh manajemen mengelola bayi yang baru lahir itu. Sejelek apapun sejarah itu dibuat -baik atau buruk, berhasil atau tidak Kompas Update kelak- nama saya akan terus tercatat.
Tidak ada yang aneh dalam penugasan ini. Juga tidak ada yang istimewa. Biasa saja sebagaimana layaknya penugasan pada umumnya. Ketahuilah, penugasan dalam institusi koran, berarti "kewajiban yang harus dilaksanakan", tanpa perlu berdebat. Itu rumus mekanisme koran. Maka ketika daur hidup saya harus berubah 180 derajat sekalipun: siang dijadikan malam dan malam dijadikan siang, saya tidak ambil peduli.
Tidak sedikit pun protes dan tidak merasa diri dibuang atau dicampakkan! Bahkan saya agak sedikit "mengingkari" adanya sebuah hadits yang bunyinya kira-kira begini: telah kujadikan siang sebagai hari untuk bekerja... Apa boleh buat. Biarlah, yang satu ini urusan saya dengan Tuhan saya.
Maka menyambut hari "H" terbitnya Kompas Update, seminggu sebelumnya saya sudah mengondisikan diri untuk selalu bangun pukul 1 tengah malam, berangkat setengah jam kemudian, dan sampai di kantor paling cepat pukul 2 atau setengah 3. Begitu setiap hari. Mulai edisi percobaan atau betha pada tanggal 2 dan 3 Januari. Hanya dua kali pekerjaan dummy tanpa dicetak, Jumat 4 Januari 2008 sudah muncul edisi pertama Kompas Update, Sejarah pun lahir.
Seperti yang dijelaskan Pemred Suryopratomo dalam pengantar pada Kompas Update edisi pertama, keberadaan Kompas Update ini untuk memberi dignity atau martabat kepada pembacanya. Sekarang, pembaca Kompas yang biasa memperoleh Kompas yang dijual siang dengan harga Rp1.000, mendapat sesuatu yang baru, yakni berita yang di-update pada halaman 1 dan halaman sambungan, yakni halaman 15. Terbit tetap 32 halaman dengan harga Rp 1.000 dari Senin sampai Jumat.
Nama Update sendiri dijelaskan, bahwa nama itu merupakan istilah jurnalistik yang sudah dikenal umum sebagaimana halnya deadline, lead, stop press atau breaking news. Kelak nama ini menjadi keberuntungan tersendiri setelah lahirnya pengekor Kompas paling jempolan, Media Indonesia, dengan nama Media Indonesia Siang. Koran ini mungkin malu hati kalau harus mengambil nama "Update", sehingga mencantumkanlah embel-embel Siang yang tentu saja mengesankan berita basi atau berita kesiangan. Berbeda dengan update yang berarti berita terbaru, terkini, atau berita yang ditindaklanjuti. Sama sekali bukan berita basi atau berita siang. Kita lihat, apakah koran ini juga akan nekat mengganti embel-embel Siang dengan Update!
Sebagaimana kelahiran bayi pertama, kami menunggu dengan berdebar di percetakan setelah deadline berakhir. Berita yang kami angkat saat itu kebetulan hari pertama pemilihan calon presiden Amerika Serikat lewat Kaukus Iowa. Pemenangnya di Partai Demokrat adalah Barack Obama yang unggul atas Hillary Clinton, sementara di Partai Republik John McCain sebagai pemenangnya. Saya pilih foto ekstrem Obama untuk ditampilkan pada headline foto halaman pertama, dengan berita utama tentang Obama pula. Berita itu menggeser berita jebolnya tanggul Lapindo pada saat-saat akhir. Pilihan yang sangat tepat, sebab menangnya Obama saat itu merupakan berita ter-update, terkini dan paling hot.
Ada beberapa foto yang saya ambil saat hari pertama Kompas Update terbit. Dalam kesempatan ini saya tampilkan satu buah foto di atas sebagai tonggak sejarah, saat Mas Tom, demikian Suryopratamo biasa dipanggil, mengamati Kompas Update edisi pertama yang baru diambil dari gilingan percetakan.
1 comment:
sekarang kompas udah gak pernah terbit lebih dari 32 halaman ya? atau khusus edisi update itu?
Post a Comment