Saturday, July 21, 2007

Citizen Journalism (6)







Sayang, "Dirimu" Tak Ada



PERTEMUAN yang tak disangka-sangka dengan Keenan Nasution. Petang itu, Jumat (19/7), Budiarto Shambazy, wartawan senior Kompas yang punya kolom "Politika", penulis soal tetek bengek Amerika Serikat sampai ngelotok, penulis sepakbola jempolan, dan penulis musik yang disegani, menelepon saat saya terbenam dalam rutinitas pekerjaan di kantor.



"Pep, kamu ke lobi, Keenan sudah nunggu. Dia bawa buku dan CD yang kamu mau," kata Pak Bas, demikian kami biasa memanggil.



Saya tunda dulu pekerjaan, segera meluncur ke bawah, ke lobi. Di sana Pak Bas dan Keenan sudah menunggu. Saya menyalami musisi besar Indonesia seangkatan Chrisye yang pada 5 Mei lalu mengadakan konser tunggal bertajuk "Malam Nuansa Bening" itu. Keenan sudah berusia 53 tahun, tetapi tampak masih segar. Dua tanda hitam di kening menunjukkan bahwa dia lekat dengan sholat.



Soal konser itu, saya sendiri tidak sempat menonton sebab pada malam itu bertepatan dengan tugas kantor saya. Hiks... Sudah, jangan kautangisi itu, Pep, batin saya.



"Sayang ya Pak Keenan, lagu "Dirimu" yang Bapak nyanyikan bersama Gank Pegangsaan tidak ternukil dalam album 'Dengarkan, Apa Yang Telah Kaubuat' ini," kata saya.



"Ya, sebab lagu itu tidak senafas dengan lagu-lagu yang termuat dalam album ini," jawab suami penyanyi lawas Ida Royani ini saat menggoreskan tanda tangannya di atas bukunya, buku dan CD yang saya beli (lihat foto di atas). Satu set buku biografi, buku lirik, dan dua keping CD yang harganya lumayan tinggi.



Saya bertanya dimana bisa memperoleh kaset Gank Pegangsaan yang memuat lagu "Dirimu" dan "Palestina" itu. Jawab Keenan, "Nanti saya edarkan juga CD live concert saya tempo hari, di situ ada lagu 'Dirimu'."



Hemh... tiba-tiba saya merasa lega. Bukan apa-apa. "Dirimu" adalah lagu spesial yang mengingatkan masa-masa awal perjuangan saya menginjakkan kaki di belantara Jakarta, pada tahun 1990 lalu. Pada saat itu, sambil mendengarkan "dirimu" dari pita kaset di tape JVC di kamar kost-kostan di Cikoko, Jakarta Timur, saya memandang masa depan yang masih temaram. Terus terang, saya tidak tahu mau jadi apa saya kelak, lima, 10, atau 15 tahun kemudian. Kepastian akan perjalan hidup segera datang setelah percaya akan kemampuan diri sendiri muncul: menulis!


Boleh jadi saya lupa liriknya. Tetapi dengan iringan gitar akustik yang biasa saya mainkan di D minor, lamat-lamat saya bisa mengingat penggalan liriknya, meski tidak utuh...


Di bening malam ini


Resah rintik gerimis datang

Menghanyutkan sinar rembulan



Muram kaca jendela

Semuram waktu yang berlalu

sedangku masih di sini....



Inginku slalu dekatmu

Nikmati mentari

Membawamu ke puncak bahagia

2 comments:

reynaldi wirya said...

Ini lirik lengkap lagu DIRIMU

Di bening malam ini
Resah rintik gerimis datang
Menghanyutkan sinar rembulan

Buram kaca jendela
Semuram waktu yang berlalu
Sedang ku masih menunggu
Ungkapan rasa
Dari keinginan baikku
Untuk bersama menempuh jalan hidup

Tak usahlah kau ingat
Bayangan gelap kenyataan
Diri tanpa sutradara
Relakan niat tangan
Menghapus noda kehidupan
Dirimu di hadapanku

Tetaplah putih
Demi keingan baikku
Untuk bersama menempuh jalan hidup

Kuingin selalu dekatmu
Sepanjang hidupku
Membawamu ke puncak bahagia
Kuingin selalu denganmu
Nikmati mentari
Mendekapmu dibawah cahayanya

Bagimu...
Raihlah kehidupan...


BTW, sudah liat blog saya mas ? di www.indolawas.blogspot.com
thanks

Linda said...

halo salam kenal ya
gak sengaja terdampar disini saat googling lagu Dirimu - Keenan