Usir Gengsi, Banggalah sebagai Jurnalis (Studi Kasus Rano Karno-1)
DUA minggu lalu, sahabat saya sekaligus tetangga dan teman main catur, Djoni "Roy" Irawan, mengungkapkan akan adanya acara penghijauan di kompleks perumahan Vila Bintaro Indah, tempat kami selama ini tinggal. Saya sudah sejak lama bertetangga dengan pengacara yang juga pesinetron ini, semenjak saya tinggal di kompleks perumahan itu tahun 1994. Dalam sehari-hari, kami biasa bermain catur menggunakan jam catur dan jalan kaki santai bila hari libur tiba. Menurut Djoni, Rano Karno, aktor yang kini menjadi Wakil Bupati Tangerang, akan memberi penyuluhan kepada warga mengenai cara membuat pupuk kompos. "Ini kunjungan pertama Rano selaku wakil bupati, lho," katanya.
Djoni kemudian bertanya bagaimana caranya mengundang wartawan Kompas untuk bisa hadir meliput acara tersebut, mengingat dia sebagai Ketua Paguyuban VBI adalah pihak yang mengundang Rano sekaligus penyelenggara acara. Saya jawab, kalau mengundang formal bisa ditujukan kepada Harian Kompas langsung melalui pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, atau kepala desk bersangkutan. Tetapi saya katakan waktu itu, "Bukankah saya ini wartawan, Pak? Diundang atau tidak, saya akan hadir di acara itu!"
Djoni menjadi tersipu. "Kalau begitu Oom Nug aja yang meliput, ya, sekaligus saya undang secara resmi," katanya di sela-sela kami bermain catur, pada suatu sore yang cerah. Dia biasa memanggil saya "Oom Nug", sementara saya biasa memanggilnya "Pak Djoni".
Ada beberapa hal yang membuat naluri jurnalistik saya tergerak saat mendengar informasi Djoni Irawan. Pertama, seorang Rano Karno adalah public figure, orang ternama, yang dalam istilah jurnalistik sekecil apapun tindakannya pasti bakal membuat berita. Kedua, ini adalah acara kunjungan pertama anak aktor kawakan Soekarno M Noer itu sebagai "amtenar" alias pejabat di lingkungan Pemda Tangerang, jadi masuk kaidah first or last ist news. Ketiga, mengandung proximity alias kedekatan, yakni cakupan wilayah liputan dan kedekatan dengan pembaca yang biasa saya tawarkan untuk desk metropolitan. Keempat, itu peristiwa di depan mata saya, masak sebagai jurnalis melewatkan begitu saja peristiwa ini.
Sebagai sopan santun, saya lapor kepada kepala desk Metropolitan, Banu Astono, bahwa akan ada acara tersebut. Banu menjawab, "Silakan elu liput, beritanya bisa buat metro, bisa juga buat nama dan peristiwa." maksud saya lapor bukan apa-apa, biar tidak bentrok dengan wartawan metropolitan yang siapa tahu bertugas di sana. Toh kalau saya yang meliput, berarti saya memperingan tugas wartawan lapangan yang biasa meliput Tangerang.
Acara berlangsung meriah pada hari Minggu, 6 April 2008, di Kompleks Vila Bintaro Indah. Rano Karno hadir. Saya hadir juga, kali ini sebagai warga merangkap sebagai wartawan profesional. Beberapa tetangga menyapa saya, "Beneran meliput, nih?" Wah, rupanya mereka ragu, kok bisa-bisanya saya "hanya" meliput peristiwa "sekecil" kedatangan Rano Karno, gengsi dong! Mereka memang tahunya saya adalah wartawan politik yang biasa meliput peristiwa-peristiwa besar kenegaraan.
Sebagai wartawan, saya harus punya sikap yang tidak arogan atas sebuah peristiwa, harus selalu skeptis atas sebuah peristiwa sehingga mengharuskan saya hadir on the spot, harus memiliki keingintahuan (curiosity) yang tinggi. Saya tidak harus turun gengsi hanya karena meliput peristiwa "kecil" semacam itu. Saya tetap memegang satu prinsip dalam jurnalistik, bahwa "All news is local". Berita adalah peristiwa-peristiwa lokal!
Usai meliput, mengambil gambar, mewawancarai langsung Rano Karno, sebagaimana layaknya sebuah liputan, saya langsung ke rumah, menulis berita, lantas mengirimkannya plus foto lewat laptop mungil saya . Selesai. Hari ini, Senin 7 April 2008, berita itu sudah dimuat di halaman 28 Harian Kompas, yang bisa Anda baca kembali di bawah ini:
PENGHIJAUAN
Rano Karno Ajak Warga Tangerang Buat Kompos
TANGERANG, KOMPAS- Wakil Bupati Tangerang Rano Karno mengajak seluruh warga Tangerang menjaga lingkungan sekitar dengan memelihara dan menanam pohon, khususnya membuat kompos untuk mendaur ulang sampah organik.
Ajakan Rano disampaikan pada kunjungan kerja pertama setelah terpilih sebagai Wakil Bupati Tangerang di Perumahan Vila Bintaro Indah (VBI), Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, Tangerang, Minggu (6/4). Acara yang dinamai ”Penghijauan VBI” itu diprakarsai Paguyuban VBI yang diketuai pengacara sekaligus pesinetron Djoni Irawan.
”Sudah saatnya kita ubah mindset kita bahwa sampah tidaklah identik dengan ’bau’ atau ’penyakit’. Sampah adalah uang dan bersih jika kita mampu mengelolanya dengan tepat, dengan menjadikannya sebagai kompos,” kata Rano yang memberi penyuluhan selama 1,5 jam kepada sekitar 1.000 keluarga, lengkap dengan mesin penghancur sampah organik.
Rano meminta ibu-ibu rumah tangga yang disebutnya sebagai ”manajer” dalam urusan sampah, memilah-milah sampah terlebih dahulu sebelum dibuang, yakni sampah organik berupa limbah makanan dan tanaman serta limbah anorganik berupa plastik. Limbah organik diolah sendiri menjadi kompos, sedangkan yang anorganik dikumpulkan untuk dijual kepada pengepul.
”Ini yang saya maksud mengubah cara berpikir bahwa sampah tidaklah identik dengan bau atau penyakit. Membuang sampah berarti membuang uang,” katanya.
Perumahan Vila Bintaro Indah ditunjuk Rano sebagai ”pusat penghijauan” untuk tingkat perumahan di Tangerang. Ia mengangkat para pemulung yang biasa mengangkat sampah di perumahan itu sebagai ”pengurus sampah”, yang bisa memperoleh tambahan dengan bekerja sama dengan warga. Ia juga meminta Paguyuban VBI menyediakan lahan 200 meter persegi untuk dijadikan pusat pengelolaan sampah menjadi kompos, sementara alat-alat penghancur sampah organik diupayakan secara swadaya.
Dalam kesempatan itu, Rano yang didampingi Camat Ciputat Muhammad menyumbangkan tanaman langka, pohon kepel (Stelechocarpus burahol), yang ditanamnya sendiri dan memberikan belasan tanaman lainnya secara simbolis untuk ditanam di RT masing-masing.
Sedangkan tanaman yang disumbangkan Departemen Kehutanan dan sebuah bank untuk penghijauan Perumahan VBI sebanyak 1.000 tanaman.
Ditanya mengapa penghijauan dipilih sebagai program kunjungan kerja pertamanya, Rano mengatakan, sebab hal itulah yang dapat ia lakukan.
”Beberapa tahun sebelum saya jadi wakil bupati, saya sudah menjadi praktisi penghijauan dengan membuat kompos sendiri dan memelihara tanaman sendiri,” kata Rano kepada Kompas. Pemeran ”Si Doel” dalam sebuah sinetron itu diundang pada Konferensi Pemanasan Global di Bali beberapa waktu lalu karena kiprahnya di bidang pemeliharaan lingkungan.
Camat Ciputat Muhammad menyatakan siap menjalankan program sekaligus ajakan Rano Karno, apalagi pihaknya sudah memiliki agenda penghijauan yang disebut ”Pisambaring” atau Pilah Sampah Basah-Kering. ”Jadi, ajakan Pak Wakil Bupati itu sangat klop dengan program yang kami jalankan selama ini,” katanya. (PEP)
No comments:
Post a Comment