Belajar Mencintai
BELUM banyak yang menyadari bahwa mencintai ada kaitannya dengan kelancaran seseorang dalam menulis. Mencintai di sini harus diartikan secara luas. tidak semata mencintai kekasih, anak, istri, saudara, atau orangtua semata, tetapi mencintai dalam segala hal. Termasuk mencintai belajar, mencintai koleksi, atau bahkan mencintai menulis itu sendiri. Mencintai sepenuh hati. Itulah yang ingin saya uraikan mengapa kalimat sakti ini, yakni mencintai sepenuh hati, akan melancarkan Anda dalam menulis.
Jangan jauh-jauh. Anda sedang jatuh cinta kepada seseorang. Ceritakanlah tentang kekasih Anda kepada orang lain, pastilah Anda akan menceritakannya dengan lancar. Coba ambil secarik kertas, atau katakanlah buku catatan harian, lalu tuliskanlah tentang kekasih yang Anda cintai itu. Niscaya, menulis pun akan lancar, selancar bubur sumsum memasuki tenggorokan! Kecintaan kepada benda atau binatang dengan sepenuh hati, membuat tulisan penuh dengan detail yang mungkin orang lain tidak pernah pikirkan.
Satu katakunci yang ingin saya bocorkan kepada sahabat sekalian yang ingin menulis dengan lancar: cintailah masalah. Ya, masalah harus Anda cintai, bukan malah Anda hindari. Ketika Anda menulis berita, artikel atau bahkan fiksi, maka Anda dihadapkan kepada masalah-masalah. Beribu-ribu masalah. Tanpa mencintai, masuk dan terlibat dalam masalah ini, bagaimana mungkin Anda bisa lancar menulis. Bagaimana Anda bisa lancar menulis mengenai kunjungan Paus Benediktus XVI ke Amerika Serikat jika tidak mencintai ilmu hubungan internasional, jika tidak mencintai hal-hal yang bersifat keagamaan, atau tidak mencintai politik luar negeri. Di dalamnya terkandung masalah-masalah, dan Anda haris mencintai semua masalah itu.
Saya mencintai sepenuh hati permainan catur, bahkan aksesori yang berkaitan dengan hal itu seperti papan catur, bidak catur, jam catur, kehidupan para pecatur, atau bahkan buku-buku catur. Saya punya masalah ketika harus menghapal berbagai pembukaan dan pertahanan berikut varian dan sub-sub variannya dalam permainan catur, sementara hal itu saya perlukan untuk menulis. Itu semua masalah. Kalau saya menghindar dari masalah itu, maka saya saya tidak menguasai masalah itu, akibatnya saya tidak dapat menulis lancar mengenai catur.
Dalam kesempatan ini, saya ingin menunjukkan satu tulisan saya sendiri mengenai sosok pecatur muda Filipina, Wesley Barbasa So, yang dimuat Harian Kompas pada 4 Januari 2008, bertepatan dengan terbitnya Kompas Update untuk pertama kalinya. Kebetulan hari ini, Jumat 18 April 2008, ada berita mengenai So yang berdwitanding dengan pecatur Indonesia, Susanto Megaranto. Bagaimana mungkin saya rela menghabiskan waktu hanya untuk larut dalam masalah percaturan catur dalam negeri Filipina kalau saya tidak mencintainya. Tulisan itu sebagai buah kecintaan saya kepada catur, maka saya menuliskannya dengan cepat, meski terkendala masalah bahan-bahan tulisan yang minim, sumber langsung yang bisa dihubungi, dan foto-foto. Tetapi itu semua tidak menghambat saya dalam menulis karena dasarnya adalah cinta. Sekali lagi cinta!
BAKAT ALAM ANTAR SO RAIH GM TERMUDA
Oleh Pepih Nugraha
Dari mana asal negara grand master atau GM catur termuda di dunia saat ini? Jawaban umum tentu dari Rusia atau negara-negara pecahannya. Keliru. Bukan pula dari Norwegia yang punya "anak ajaib" Magnus Carlsen, atau dari China dan India. Ia justru berasal dari negara tetangga, Filipina!
Dialah Wesley Barbasa So, yang melengkapi norma GM terakhirnya saat meraih remis berharga melawan pecatur nomor satu Iran, GM Ehsam Ghaem Maghami, pada babak terakhir turnamen Pichay Open di Manila, Filipina, 7 Desember 2007. Pada turnamen internasional itu, So, kelahiran 9 Oktober 1993, menoreh sejarah sebagai pecatur ketujuh termuda di dunia.
"Masayang-masaya po ako. Magandang pamasko na ito sa akin," kata So dalam bahasa Tagalog saat ia dipastikan meraih GM, yang artinya: Aku sangatberbahagia (dengan gelar GM), ini hadiah Natal yang indah buatku.
Hal yang mencengangkan, ia meraih gelar tertinggi dalam permainan olah-pikir itu saat berumur 14 tahun, 1 bulan, dan 28 hari. Memang dia tidak memecahkan rekor pecatur Ukraina, Sergey Karjakin, yang meraih GM pada usia 12 tahun. Akan tetapi, Filipina layak berbangga dengan prestasi para pecaturnya. Dua bulan sebelumnya, negeri di utara Provinsi Sulawesi Utara ini melahirkan GM lain, Darwin Laylo, pemuda berusia 27 tahun.
So tercatat sebagai pecatur ke-8 Filipina yang meraih GM setelah Eugene Torre, pecatur Filipina pertama yang meraih GM pada tahun 1974, disusul almarhum Rosendo Balinas (1976), Rogelio Antonio Jr (1998), Buenaventura "Bong" Villamayor (2000), Nelson Mariano (2004), Mark Paragua (2005), dan Darwin Laylo (2007).
Pecatur Filipina yang menjadi kolumnis dan analis, IM Rodolfo Tan Cardoso menggambarkan So sebagai "Bocah Renaisans Catur Filipina". Sebagai sesama pecatur, Cardoso punya kesan mendalam saat So bermain catur di sebuah turnamen. Katanya, So punya naluri "membunuh" raja lawan.
"Ia tidak ragu mengorbankan menterinya, sebagai buah yang paling berharga, sekadar merebut ruang gerak yang masih jauh dari kalkulasi menuju kematian raja lawan," tuturnya.
Tidak heran, saat berusia 9 tahun, So sudah menjuarai turnamen kelompok umur 14 tahun di negerinya. Pada usia 13 tahun ia juara nasional kelompok usia 20 tahun. Permainannya yang super-agresif dan liar memaksa lawan mana pun berpikir keras. Salah satu yang menjadi korbannya adalah pecatur Indonesia, GM Susanto Megaranto, yang dia kalahkan pada sebuah turnamen di Singapura akhir tahun 2006.
Tahun 2005 adalah terobosan bagi So. Saat itu, untuk pertama kalinya, FIDE, organisasi catur dunia, mengumumkan peringkat Elo-nya. Bulan Juli pada tahun yang sama, ia menjadi juara dunia kelompok usia 12 tahun. So jauh meninggalkan pecatur-pecatur lain yang lebih dulu meraih GM, seperti Parimarjan Negi dari India dan GMW Hou Yi Fan asal China.
Prestasi So pada tahun berikutnya malah lebih mengesankan. Dia membuat rekor sebagai pecatur termuda yang lolos kualifikasi mewakili negaranya pada Olimpiade Catur di Turin, Italia, saat berusia 12 tahun. Hasilnya pun mengesankan. Ia meraih master internasional sebelum merayakan ulang tahunnya yangke-13. Akhir tahun 2006 So meraih norma GM pertamanya di Bad Wiessee, Jerman, dan menang atas pecatur kuat Rusia, GM Pruskin.
Tanpa pelatih
Tidak seperti umumnya GM lain yang lahir karena gemblengan pelatih khusus, anak Filipina ini hanya mengandalkan bakat alamnya, sama seperti pecatur Tanah Air, GM Cerdas Barus, yang sosoknya kini hilang bagai ditelan Bumi. So harus belajar di sekolah menengah dan tidak ada satu sponsor pun yang sudi membiayai turnamen-turnamen yang dia ikuti.
Ia hanya mengandalkan keuletannya bermain dan mendedikasikan waktunya empat jamsehari khusus belajar catur. Dia belajar sendiri. Karena tidak punya pelatih, ia "berguru" pada program komputer catur Fritz sebelum bertarung. Jalan menuju GM tak mudah bagi So. Seharusnya ia bisa melengkapi norma GM-nya pada usia 13 tahun, tetapi kalah dari GM Belov pada babak terakhir sebuah turnamen di Manila. Ia juga gagal meraih setengah angka penting pada turnamen Zona 3.3 di Vietnam.
Dia menjuarai sejumlah turnamen di Iran, Singapura, dan Armenia. Namun, itu pun tidak cukup buat melengkapi gelarnya meski di Armenia ia berhasil mengalahkan pecatur harapan Inggris, David Howell.
Melejitnya So di kancah caturdunia mengulang masa keemasan catur Filipina saat mantan Presiden FIDE asal Filipina, Florencio Campomanes, merajai catur regional dan internasional dalam kurun waktu 1950-1970. Tahun 1978 Filipina menjadi sorotan dunia saat duel Anatoly Karpov versus Victor Korchnoi digelar di Baguio City.
Bahkan, 20 tahun sebelum China melahirkan para GM dengan subur, Filipina sudah punya pecatur legendaris GM Eugene Torre, yang tercatat sebagai GM Asia pertama! Saat itu Filipina juga punya pecatur kuat, GM Rosendro Balinas. Juara dunia catur Viswanathan Anand tidak menyangkal kalau ia belajar dari Torre dan Campomanes lewat program televisi saat Anand mengikuti ayahnya bertugas di Filipina. Tentu yang paling bangga dengan prestasi So adalah orangtuanya, William (sang ayah) dan Eleanor So (sang ibu).
"Saya pernah mengajarinya catur saat ia berusia enam tahun," ucap William yang pernah menjadi sopir bus sekolah. "Sekarang So maju pesat karena bermain catur dengan penuh dedikasi dan benar-benar mencintai permainan ini," tambah William sebagaimana dikutip harian setempat, Star.
"Ini mimpi yang menjadi kenyataan buat Wesley," kata Eleanor tentang anak kedua dari tiga anaknya. "Kami merasa senang karena doa kami dikabulkan. Kami sangat berterima kasih, kerja keras dan dedikasinya untuk catur berbuah penghargaan."
Meski So sudah meraih gelar GM, sang Ibu tetap menghendaki anaknya menjalani kehidupan "normal" sebagaimana remaja seusianya. Selain itu, ia juga berharap ada pelatih lanjutan untuk lebih mengasah kemampuan So bermain catur.
Bagi So, menjadi juara dunia sebagaimana harapan setiap pecatur bisa jadi masih jauh. Namun, setidaknya modal dasar untuk menuju ke sana sudah di genggamannya.
Catatan:
Tulisan mengenai profil Wesley Barbasa So pada hari yang sama juga saya unggah (upload) ke blog saya lainnya khusus mengenai catur, yakni SpiderChess yang beralamat di http://www.youchess.blogspot.com/.
No comments:
Post a Comment