Menulis Berita Olahraga
JELANG berakhirnya pelatihan Neuro Language Program (NLP) yang berlangsung 13-15 Agustus di Hotel Santika Jakarta, rekan saya, wartawan senior Harian Kompas Hendry Ch Bangun, membagi-bagikan buku kepada peserta. Itu buku karyanya, berjudul Wajah Bangsa dalam Olahraga: 100 Tahun Berita Olahraga Nasional. Diterbitkan Pustaka Spirit tahun 2007 ini.
Setelah mendapatkan satu eksemplar gratis, tidak lupa saya meminta tandatangannya, juga minta izin mengambil gambarnya (lihat foto). Dengan antusias Mas Hendry yang kini bertugas di Harian Warta Kota bercerita, bahwa menulis berita olahraga bukanlah barang baru, setua koran itu sendiri.
Ia lantas menunjukkan berita olahraga yang termuat di koran Pantjaran Warta yang terbit hari Rabu, 7 September 1910 (nyaris seabad lalu!). Dalam berita berjudul Finalewedstrijd Lawerkrans Antara V.I.O.S I - Hercules 0-0 yang selain diceritakan duel di lapangan, si wartawan telah menyertakan susunan pemain, siapa kiper, siapa gelandang, siapa penyerang dan seterusnya.
"Lihatlah, wartawan dulu sudah sadar betul akan visual dengan menampilkan susunan pemain. Ini bukan barang baru," kata Hendry.
Menurut pria kelahiran 26 November 1958 ini, ia melakukan riset pustaka selama tiga tahun sebelum buku ini lahir. Ia mengklasifikasikan sendiri bukunya sebagai buku jurnalistik. "Ini perlu dibaca oleh mereka yang berminat pada jurnalistik, khususnya wartawan khusus olahraga, " pesannya. Kadang wartawan dulu mengabaikan rumus lawas "5W+1 H" begitu saja, tetapi dalam melakukan penggambaran suasana dan detail sangat kuat.
Namun demikian, peminat bahasa, khususnya bahasa Melayu lama yang banyak digunakan di koran-koran tempo dulu, juga dapat menarik manfaat dari cara dan gaya wartawan bertutur saat itu. Juga tulisan-tulisan wartawan saat itu yang tentu saja belum menggunakan EYD. Tidak heran, Hendry yang lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1982) ini juga gemar akan hal-hal berbau bahasa Indonesia, sebab dia juga penulis cerpen dan puisi jempolan.
Selain menampilkan berita-berita lawas di koran-koran yang boleh jadi setua kakek-nenek kita (80-90an tahun), juga disertai foto-foto lama, seperti foto lima pebulutangkis putri tahun 1930 yang berprose dengan berpakaian kebaya lengkap dengan raket kayu di tangan (halaman 22). Lebih lengkapnya, silakan baca buku Hendry ini, bagaimanapun caranya.
No comments:
Post a Comment