Monday, September 18, 2006

Berbagi Pengalaman Menulis (4)

Mulailah dengan Catatan Harian

Menulis bukanlah hobi semata, tetapi banyak orang bisa hidup dari menulis. Menulis bukan pula monopoli orang-orang tertentu, misalnya wartawan. Siapa saja bisa dan boleh menulis, sepanjang menulis tidak dipajaki. Menulis apa saja: buku, novel, berita, catatan harian, memoar. Dimana saja: di rumah, di internet, dalam perjalanan wisata, atau saat terbaring sakit.

Percayalah, menulis itu gampang, memulai menulis itulah yang sulit. Padahal kalau sudah mulai menulis, tulisan mengalir bagaikan air tanpa sampah dan limbah di atasnya, lantas siapapun bisa kecanduan, barangkali termasuk kita-kita…

Saya baca majalah Fortune (edisi 18/9), mantan Presiden AS Bill Clinton berutang US$ 10 juta (Rp 100 miliar) saat meninggalkan Gedung Putih. Tetapi dia menutup utangnya dengan menulis memoar “My Life” yang menghasilkan US$ 10 juta. Clinton masih mendapat US$ 20 juta lagi dari honor berbicara di berbagai forum diskusi bergengsi. Kini Clinton menghabiskan masa pensiun dengan menjadi filantrofis sejati, mendorong orang-orang kaya dunia menyumbangkan sebagian kekayaannya untuk kemanusian, mulai dari memerangi HIV/AIDS, kemiskinan global, sampai obesitas anak-anak.

Ah, cerita Clinton pun saya dapatkan dari hasil tulisan seorang wartawan Fortune, bukan? Jadi, betapa asyiknya menulis. Joan Katherine Rowling, penulis tokoh Harry Potter, kini tercatat sebagai salah seorang manusia terkaya di jagat ini. Lagi-lagi dari menulis. Oh ya, jangan jauh-jauh deh, saya bisa menghidupi diri dan keluarga juga dari menulis, sebagai wartawan tulis!

Mari kita berbagi tips di sini, tetapi bukan berarti saya sok tahu... Pasti di antara sahabat ada yang jauh lebih tahu, lebih mahir, dan lebih profesional dalam menulis. Tips sederhana yang ingin saya sampaikan di sini... mulailah menulis catatan harian (diary). Tentang apa saja, tentang perasaan kita: marah, sebel, kecewa, kaget, bahagia, senang, dan masih banyak lagi perasaan lainnya.

Mulailah menulis dari apa yang kita lihat, saksikan, rasakan, alamai dan selami... pasti akan menghasilkan sebuah catatan, minimal catatan kecil buat kita nikmati sendiri. Sahabat tahu, kata "jurnal" (harian) itu berasal dari bahasa Latin, acta diurna, yang pada masa Romawi kuno itu berisi cacatan sehari-hari, baik catatan di balaikota (pemerintahan) ataupun catatan tentang para korban perang yang disampaikan seorang kurir.

Sekarang dengan maraknya weblog, orang menulis catatan harian di internet, ya kita-kita ini. Tetapi ke depan, selain menuliskan perasaan yang kita alami semata, cobalah menulis apa yang kita lihat atas sebuah peristiwa: kecelakaan maut di jalan, menemukan anak hilang, melihat demonstrasi, menyaksikan kerusuhan, melihat kekerasan dalam rumah tangga, memergoki perampokan, dan sejuta peristiwa lainnya... lalu tuliskan di blog kita, seperti yang biasa kita lakukan. Besar kemungkinan salah satu di antara kita, para sahabat, kelak menjadi pewarta warga (citizen reporter).

Di belahan dunia lain, pewarta warga ini begitu tren. Popularitas koran internet Ohmynews.com di Korea Selatan milik Oh Yeong Ho yang memiliki ribuan pewarta, kini mengalahkan koran-koran cetak mainstream. Suatu saat, saya akan cerita tentang sukses Oh Yeong Ho yang pernah saya tulis di Kompas. Tetapi sebagai pemanasan untuk sama-sama belajar menulis, saya sajikan tulisan mengenai citizen journalism yang juga sudah saya tulis di Kompas dengan judul "Kita Semua Wartawan". Sahabat bisa mengkliknya di: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0605/15/teropong/2652478.htm.

Sampai jumpa di forum Berbagi Pengalaman Menulis (BPM) berikutnya.

Bintaro, 18 September 2006

7 comments:

Sisca said...

Mas, sisca tdk berbakat dalam tulis menulis, suka gak nyambung apa yg ingin disampaikan dan hasilnya.

Tapi membaca tulisan ini, jd pengen menulis lebih baik.

Terima kasih atas motivasinya :)

wku said...

Terima kasih masukannya Pak, saya jadi semangat belajar menulis. Kapan-kapan bisa minta tolong mengedit donk...

dianti said...

Nulis emang seru.
Sesuatu yang sulit saya lisankan, saya tuliskan.

Thanx buat tips nya Sir.

Moga di lain waktu, saya bisa nulis sesuatu yang lebih bisa menginspirasi. Amien...

Pepih Nugraha said...

Hai Sisca, Wku, dan Dianti... Kabar baik, kan? Smoga baik-baik slalu. Sis, dalam menulis itu tidak ada istilah berbakat atau tidak berbakat, kata kuncinya adalah: LATIHAN. Biasakan menulis, paling tidak dalam catatan harian, meski itu untuk dibaca sendiri. Untuk Wku, dengan senang hati saya berbagi pengalaman, tetapi saya bukan tukang ketik hehehe... (nanti tukang ketik kehilangan penghasilan). Untuk Dianti, saya tahu dirimu seorang optimis dan biasa menulis. Di sini kita akan berbagi pengalaman terus, sampai orang lain bosan heheh... Tulisan yang menginspirasi orang lain pastilah tentang perjuangan dan keberhasilan seseorang, bukan? Tetapi bagaimana seseorang bangkit dari keterpurukan, juga memberi inspirasi. Saya tunggu tulisanmu ya....

Sili Frebrian said...

wah, pak wartawan. masukkannya sangat berarti buat saya yg dr kecil suka nulis, tp ga pernah berani.
btw, buku clinton itu memang laku keras, saya juga salah satu yg antri disaat buku itu mau keluar. unik. menarik. kalau saya jadi orang tenar, besar kemungkinan saya bakal menjual buku spt itu.
ok om pepih. makasih kunjungannya ke blog saya. saya minta ijin untuk link blog ini bole kan? salam.

ratnaningsih said...

mas pepih, saya jadi semangat banget untuk latihan nulis diblog, ya walau dari dulu sering tulisannya gak runtut dan gak nyambung kalo nulis.mas boleh ya dilink

Pepih Nugraha said...

Hai SIli dan Ratna...
Sampai sekarang saya masih baca buku "My Life", tebel banget, tapi asyik juga cara bertuturnya... Saya baca di Fortune, dia menjadi filantropis yang menginspirasi banyak orang-orang kaya untuk menolong orang-orang miskin. Karena saya mau nulis tentang CLinton terakhir, saya harus riset dulu, termasuk baca bukunya hehehe.... susah ya jadi wartawan... Rat, silakan kalo mau di link, dengan senang hati!