Apa Syarat Menulis Opini Kompas? (Bagian 3)
DALAM dua postingan terdahulu, Berbagi Pengalaman Menulis (34 & 35), selintas saya memaparkan syarat-syarat menulis artikel untuk Kompas. Mengapa tidak syarat menulis cerita pendek (cerpen) atau tulisan lainnya? Barangkali soal waktu dan pilihan saja. Ke depan, saya juga akan menyentuh hal itu.
Anggapan umum mengatakan: jangan lepaskan peristiwa atau wacana terkini, lalu tulis dan cepat kirimkan tulisan kepada Kompas (atau mungkin media lainnya), jangan biarkan penulis lain memangsa isu mutahir itu! Begitu kira-kira.
Maaf bukan maksud mematahkan anggapan ini. Untuk Kompas, main ambil peristiwa mutahir untuk kemudian sesegera mungkin kita tulis, tidaklah cukup. Ada hal lain dari sekadar main cepat-cepatan seperti itu, yakni kepakaran penulis.
Pakar bukan berarti doktor atau professor. Menunggu doktor atau professor menulis, sama saja menunggu Godot tiba karena tidak sedikit professor dan doktor Indonesia yang malas menulis. Kepakaran dengan sendirinya mematahkan anggapan ‘ambil secepatnya peristiwa/isu mutahir’.
Kalau ada peristiwa terkini, katakanlah ledakan bom di Pakistan saat menyambut Benazir Bhutto, tentu saja tidak sembarang penulis yang akan mengambil peristiwa hot itu untuk dijadikan sebuah opini maupun artikel. Anda yang bukan pakar Pakistan, tentu cukup tahu diri untuk tidak akan membuat analisis berita atau artikel mengenai peristiwa berdarah di negerinya Ali Bhutto ini.
Sebaliknya, Kompas akan melihat kepakaran penulis, apakah dia orang yang tepat (prominent) dalam menulis Pakistan, atau sama sekali tidak. Beda misalnya dengan Anda yang mahasiswa S1 Jurusan Hubungan Internasional yang sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer Pakistan, Anda adalah orang yang tepat. Setidak-tidaknya Anda menulis atribusi Anda sebagai ‘mahasiswa, sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer Pakistan’.
Apakah hanya karena menulis skripsi Anda dianggap cukup pakar soal Pakistan? Dewan redaksi opini yang akan menentukan, toh setidak-tidaknya Anda punya perhatian dan minat khusus pada politik Pakistan dibanding penulis lain yang baru mengenal Pakistan "kemarin sore". Anda pasti membaca banyak buku referensi mengenai Pakistan dalam menyusun skripsi. Anda pasti lebih “berharga dan berilmu” dibanding penulis yang menggunakan atribusi ‘pemerhati Pakistan’ atau ‘peminat masalah Pakistan’. Dengan demikian tulisan Anda bakal dilirik editor opini karena kepakaran Anda yang dalam hal ini intensitas Anda dalam mendalami Pakistan.
Anda yang professor, doktor , atau pengkaji khusus masalah-masalah Pakistan, dengan sendirinya “seharusnya” menulis mengenai politik Pakistan mutakhir pasca pengeboman dahsyat. Asal tahu saja, editor Opini sering menelepon pakar tertentu hanya untuk menanyakan apakah bersedia menulis mengenai peristiwa terkini. Nah, bukankah ini peluang yang baik jika Anda yang memiliki kepakaran tertentu segera menulis artikel atau opini mengenai peristiwa mutahir ini.
Apa yang harus Anda tulis dari peristiwa bom Pakistan? Bukan bermaksud mengajari bebek berenang, Anda setidak-tidaknya harus menjelaskan siapa Benazir Bhutto? Apa hubungannya dengan ‘Bapak Pakistan’ Zulfikar Ali Bhutto? Mengapa Benazir kembali ke Pakistan? Mengapa dia dibuang atau mengasingkan diri di negeri orang? Apa maksud Benazir kembali ke Pakistan? Bagaimana reaksi Parvez Musharraf? Apa yang kemungkinan akan dia lakukan terhadap Benazir: dirangkul atau ditentang?
Mengapa pelaku bom disebut-sebut Al Qaeda? Apa betul organisasi pimpinan Osamah bin LAden itu yang melakukannya? Apa tidak ada kemungkinan lain, misalnya intelijen Pakistan? Apa hubungan Benazir dengan Al Qaeda? Mengapa Al Qaeda begitu marah kepada Benazir? Coba jelaskan situasi politik Pakistan ke depan pasca kehadiran kembali Benazir dan aksi-aksi Al Qaeda yang semakin massif ke depan! Cermati pula peran Amerika Serikat yang berkepentingan menjadikan Pakistan sebagai penangkal teroris dalam kemelut Pakistan ini!
Satu hal yang perlu diingat, Anda harus menuangkan semua persoalan di atas dalam sebuah tulisan yang concise, ringkas, dan padat. Tidak lebih dari 5.000 karakter.
Ada beberapa hal lain yang akan saya ceritakan, tetapi baiknya di postingan mendatang saja. Masih tema yang sama soal menulis artikel di Kompas, tetapi dalam tema yang lain, yakni soal atribusi. Sampai bertemu lagi.
Anggapan umum mengatakan: jangan lepaskan peristiwa atau wacana terkini, lalu tulis dan cepat kirimkan tulisan kepada Kompas (atau mungkin media lainnya), jangan biarkan penulis lain memangsa isu mutahir itu! Begitu kira-kira.
Maaf bukan maksud mematahkan anggapan ini. Untuk Kompas, main ambil peristiwa mutahir untuk kemudian sesegera mungkin kita tulis, tidaklah cukup. Ada hal lain dari sekadar main cepat-cepatan seperti itu, yakni kepakaran penulis.
Pakar bukan berarti doktor atau professor. Menunggu doktor atau professor menulis, sama saja menunggu Godot tiba karena tidak sedikit professor dan doktor Indonesia yang malas menulis. Kepakaran dengan sendirinya mematahkan anggapan ‘ambil secepatnya peristiwa/isu mutahir’.
Kalau ada peristiwa terkini, katakanlah ledakan bom di Pakistan saat menyambut Benazir Bhutto, tentu saja tidak sembarang penulis yang akan mengambil peristiwa hot itu untuk dijadikan sebuah opini maupun artikel. Anda yang bukan pakar Pakistan, tentu cukup tahu diri untuk tidak akan membuat analisis berita atau artikel mengenai peristiwa berdarah di negerinya Ali Bhutto ini.
Sebaliknya, Kompas akan melihat kepakaran penulis, apakah dia orang yang tepat (prominent) dalam menulis Pakistan, atau sama sekali tidak. Beda misalnya dengan Anda yang mahasiswa S1 Jurusan Hubungan Internasional yang sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer Pakistan, Anda adalah orang yang tepat. Setidak-tidaknya Anda menulis atribusi Anda sebagai ‘mahasiswa, sedang menyusun skripsi mengenai politik kontemporer Pakistan’.
Apakah hanya karena menulis skripsi Anda dianggap cukup pakar soal Pakistan? Dewan redaksi opini yang akan menentukan, toh setidak-tidaknya Anda punya perhatian dan minat khusus pada politik Pakistan dibanding penulis lain yang baru mengenal Pakistan "kemarin sore". Anda pasti membaca banyak buku referensi mengenai Pakistan dalam menyusun skripsi. Anda pasti lebih “berharga dan berilmu” dibanding penulis yang menggunakan atribusi ‘pemerhati Pakistan’ atau ‘peminat masalah Pakistan’. Dengan demikian tulisan Anda bakal dilirik editor opini karena kepakaran Anda yang dalam hal ini intensitas Anda dalam mendalami Pakistan.
Anda yang professor, doktor , atau pengkaji khusus masalah-masalah Pakistan, dengan sendirinya “seharusnya” menulis mengenai politik Pakistan mutakhir pasca pengeboman dahsyat. Asal tahu saja, editor Opini sering menelepon pakar tertentu hanya untuk menanyakan apakah bersedia menulis mengenai peristiwa terkini. Nah, bukankah ini peluang yang baik jika Anda yang memiliki kepakaran tertentu segera menulis artikel atau opini mengenai peristiwa mutahir ini.
Apa yang harus Anda tulis dari peristiwa bom Pakistan? Bukan bermaksud mengajari bebek berenang, Anda setidak-tidaknya harus menjelaskan siapa Benazir Bhutto? Apa hubungannya dengan ‘Bapak Pakistan’ Zulfikar Ali Bhutto? Mengapa Benazir kembali ke Pakistan? Mengapa dia dibuang atau mengasingkan diri di negeri orang? Apa maksud Benazir kembali ke Pakistan? Bagaimana reaksi Parvez Musharraf? Apa yang kemungkinan akan dia lakukan terhadap Benazir: dirangkul atau ditentang?
Mengapa pelaku bom disebut-sebut Al Qaeda? Apa betul organisasi pimpinan Osamah bin LAden itu yang melakukannya? Apa tidak ada kemungkinan lain, misalnya intelijen Pakistan? Apa hubungan Benazir dengan Al Qaeda? Mengapa Al Qaeda begitu marah kepada Benazir? Coba jelaskan situasi politik Pakistan ke depan pasca kehadiran kembali Benazir dan aksi-aksi Al Qaeda yang semakin massif ke depan! Cermati pula peran Amerika Serikat yang berkepentingan menjadikan Pakistan sebagai penangkal teroris dalam kemelut Pakistan ini!
Satu hal yang perlu diingat, Anda harus menuangkan semua persoalan di atas dalam sebuah tulisan yang concise, ringkas, dan padat. Tidak lebih dari 5.000 karakter.
Ada beberapa hal lain yang akan saya ceritakan, tetapi baiknya di postingan mendatang saja. Masih tema yang sama soal menulis artikel di Kompas, tetapi dalam tema yang lain, yakni soal atribusi. Sampai bertemu lagi.
No comments:
Post a Comment