Sunday, February 19, 2006

Catatan (1): Tentang Aku...

Ingin Menjadi Berguna



Dengan rendah hati, saya perkenalkan diri... Nama saya Pepih Nugraha, lahir di Tasikmalaya, Desember 1964. Sampai saat saya menulis "Tentang Aku" ini, saya sudah berusia 42 tahun. Sudah cukup tua. Saya tidak tahu, berapa tahun lagi Tuhan akan memberi saya umur. Tetapi saya berdoa biar panjang umur, sebab saya ingin anak saya, Zhaffran Nugrahaputra Munggaran (Kakang), yang lahir dari istri saya Tantri Sulastri, sukses dalam sekolah, dalam berkarier dan sukses dalam hidup. Saya ingin merasakan punya cucu dari anak-anak saya kelak. Saya seorang wartawan, senang catur, dan berkomunikasi, lewat apapun.

Saya senang mengajar, setidak-tidaknya berbagi ilmu, karena mungkin kedua orangtua saya, Lili Sumarli dan Enok Suhayah (alm) sama-sama guru. Kedua orangtua mendidik saya dalam kesederhanaan yang luar biasa. Saya bahkan sering berpikir, barangkali kalau tidak ada lebaran, saya tidak akan pernah punya baju baru selain baju seragam sekolah. Sepatu? Orangtua hanya mampu membelikan saya tiruan sepatu Adidas putih, saat saya menginjak dewasa. Tetapi saya bangga dengan kedua orangtua saya itu, sangat bangga, sebab mereka bisa menyekolahkan saya sampai universitas. Saya dan adik saya Dadang Eka Jatnika bersekolah di Universitas Padjadjaran Bandung, sementara adik saya terkecil Siska Tania Dewi, sekolah di Universitas Pasundan.

Dulu saya sekolah di TK BKOW Ciawi tahun 1971, SDN Ciawi I tahun 1972-1977, SMPN Ciawi 1978-1979 untuk kemudian pindah ke SMPN I Tasikmalaya sampai 1981, SMAN II Tasikmalaya 1982-1984. Waktu di SMP terjadi perpanjangan sekolah sampai setengah tahun karena kebijakan pendidikan zaman Mendikbud Daoed Joesoef saat itu. Pernah kuliah di Ikopin selama satu tahun karena gagal Sipenmaru. Saya merasa terpuruk pada tahun itu, gagal dalam sekolah dan juga dalam pacaran, tetapi lekas bangkit pada tahun berikutnya setelah diterima di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun 1985. Lulus dari universitas April 1990, langsung bekerja di Harian Kompas, sampai sekarang.

Selain menulis, saya senang membaca. Membaca apa saja, asalkan yang bermanfaat. Membaca hampir semua karya Pramoedya Ananta Toer, kagum dengan buku Frankenstein dari Mary Sheley, Da Vinci Code-nya Dan Brown, membaca hampir semua karya Ahmad Tohari, Sidney Sheldon, Johan Huizinga, dan lain-lain. Sebelum menjadi wartawan, pernah menulis cerpen, cerber, dan artikel, di sejumlah media massa. Sepanjang SMA dan perguruan tinggi, malah menulis cerpen dan artikel dalam bahasa Sunda di Majalah Mangle. Kecuali puisi, saya hampir tidak pernah menulisnya. Saya tidak bisa menulis puisi dan ingin belajar menulis rangkaian kata-kata indah yang membentuk gugusan puisi itu.

Saya mengenal bahasa Inggeris, Jerman dan Perancis, tetapi hanya sebatas kenal saja. Almarhum kakek saya dari pihak ibu, Maknun Iskandar, sempat mengajari saya bahasa Belanda. Sedang kakek dari pihak ayah, Sobari, adalah petani yang kalau berhitung angka rumit cukup mengandalkan ingatannya saja. Saya mengaguminya. Kedua kakek itu saat meninggal sama-sama mencapai usia 90 tahun! Tetapi ibu saya hanya berusia 58 tahun sebelum Tuhan memanggilnya. Terlalu muda, apalagi saya belum sempat membalas seluruh kebaikannya!

Saat ini saya tidak punya cita-cita lagi, selain membesarkan dan menyekolahkan anak, menjadi suami yang baik dari istri Tantru Sulastri yang saya nikahi 3 Oktober 1993, berusaha menjadi kepala keluarga yang bertanggungjawab, menjadi wartawan yang terus jujur, berbagi ilmu dari pengalaman yang saya dapat, serta sedikit menjadi orang berguna buat sesama.

Saya suka hujan. Tidak aneh kalau saya bisa menikmati hujan malam-malam dengan keluar sendiri, di depan rumah atau berkendaraan di jalan tol yang sepi. Kalau hujan sangat besar, tidak segan saya membuka baju untuk main hujan-hujanan. Itu saya lakukan sampai sekarang, apalagi bersama Zhaffran, anak saya. Dalam guyuran hujan saya biasa bergumam, semoga saya dan anak saya bisa menikmati hujan lagi di musim-musim hujan mendatang, mendatang, dan mendatang.....

Pepih Nugraha

4 comments:

Pepih Nugraha said...

Just try out!

Retty Hakim (a.k.a. Maria Margaretta Vivijanti) said...

Salam kenal ya mas Pepih, saya suka baca tulisannya tentang citizen journalism di Kompas cetak lho...

Pepih Nugraha said...

Senang berkenalan dnegan Anda Mbak Ret... Insya Allah dalam waktu dekat saya menulis buku tentang CJ, sudah ada penerbit yang bersedia. Tunggu aja ya CJ nya biar lengkap.

Anonymous said...

adik anda namanya dadang apakah ia bersekolah di sma 5 bandung kebetulan saya punya teman dari tasik ciawi namanya dadang, kalu betul salam kalau bukan ya gak apa-apa